Bikin Judul Tulisan Itu Seperti Kasih Nama Anak

Sebuah berita, artikel atau bentuk tulisan lain yang dipublish di media cetak atau online, harus memiliki judul. Sebab seringkali judul tulisan yang biasanya terdiri dari beberapa kata inilah yang menjadi rujukan atau daya tarik bagi orang untuk membaca lebih lanjut tulisan tersebut. 

Maka penting bagi penulis untuk membuat judul yang singkat padat bernas--kalau boleh agak profokatif positif. Banyak orang yang akhirnya urung membaca sebuah artikel atau cerpen hanya karena judulnya tidak mengundang minat  atau membuat penasaran.

Judul tulisan yang baik bisa mewakili inti tulisan. Maka dengan judul yang bagus, pembaca akan lebih mudah mengikuti alur tulisan dan memahaminya dengan cepat. Seorang peserta pelatihan menulis bertanya kepada tutor: "Apakah lebih dahulu menentukan judul, baru membuat tulisan? Atau sebaliknya setelah tulisan selesai barulah judul dibikin?"

Soal ini, tidak ada aturan yang harus diikuti. Sebab bisa saja seorang yang hendak menulis itu terinspirasi oleh sebuah kata atau kalimat yang terlintas di benaknya--yang kemudian menjadi judul tulisnnya itu--lalu mengembangkannya menjadi sebuah sebuah opini atau cetita pendek. Atau sebaliknya, suatu kejadian atau kenangan dituangkan lewat tulisan yang panjang bahkan akhirnya bisa menjadi seukuran buku atau novel. Setelah ini rampung, barulah si penulis sibuk memikirkan apa kira-kira judul yang tepat untuk tulisan tersebut. Dan seringkali bukan perkara gampang untuk membuat judul yang tepat pada sebuah tulisan yang sudah jadi.

Tentang urgennya merencanakan sebuah judul tulisan, mungkin bisa diibaratkan dengan orang tua yang bersusah payah memikirkan nama yang tepat untuk anaknya yang baru lahir. Namun tidak sedikit pula orang tua yang jauh-jauh hari sudah menyiapkan nama untuk putra-putrinya yang bahkan belum lahir (masih dalam kandungan). Misalnya saja, belum ketahuan jenis kelamin jabang bayi, tetapi orang tuanya yang kebetulan mengidolakan Prabowo Subianto sudah mematok harga mati bahwa anaknya itu akan diberi nama capres 2 itu.

Enggak masalah kalau yang lahir itu bayi laki-laki. Lha, kalau ternyata yang nongol bayi perempuan? Gak nyambung toh kalau namanya diganti dengan Neno Warismini, misalnya. Lebih repot lagi kalau sang orang tua sudah bernazar tidak akan mengganti nama tersebut. Maka orang tua yang bersangkutan paling mengubah sedikit menjadi Prabiwi Subianti. Beres! Sebab orang tua yang bijaksana pasti tidak akan memberikan nama yang aneh kepada anaknya, yang nanti di masa remaja atau dewasanya berpotensi menjadi bahan olok-olok teman atau publik. Penulis yang baik pun tidak asal memberikan judul bagi tulisannya.

Tapi sering kita membaca sebuah berita atau artikel yang judulnya tidak memiliki greget, tidak memiliki bobot atau datar-datar saja. Bahkan tidak jarang kita membaca judul yang sebenarnya sudah umum, dan berulang kali muncul di tulisan-tulisan. Tapi saat ini belum ada aturan bahwa judul tulisan tidak boleh sama dengan judul yang sudah pernah dipublikasan oleh orang lain, dan mengategorikan tindakan ini sebagai plagiat misalnya. 

Lain hal dengan mencontek tulisan orang lain yang dapat disebut plagiat. Bahkan hanya dalam bentuk kutipan pun dilarang kecuali dengan menyebut sumber kutipan. Mungkin untuk judul pun perlu dibuat aturan jangan sama?

Judul tulisan yang baik itu, selain bisa mewakili inti tulisan, juga harus membuat orang yang ingin membacanya penasaran. Mungkin sulit untuk menciptakan judul yang sedemikian sempurna, namun paling tidak jangan pernah membuat judul yang datar-datar saja.

Jangan membuat judul yang "semua orang sudah tahu", atau "memang sudah seharusnya demikian". Misalnya, belum lama ini saya membaca judul di sebuah media olahraga menyangkut pertandingan (big match)  antara Manchester City versus Manchester United pada pekan ke-12 Liga Primer.