Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

KRL Bandara "Menjajah" KRL Ekonomi?

31 Juli 2018   15:54 Diperbarui: 31 Juli 2018   16:12 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penumpang di St Duri, detik.com

Situasi jalan tol Jakarta - Tangerang (Merak) yang kerap macet total pada jam-jam sibuk (pagi dan sore-malam), membuat penulis beralih menggunakan kereta rel listrik (KRL) jurusan Jakarta - Tangerang. Lumayan juga. Dengan KRL ada selisih waktu sekitar satu jam lebih cepat tiba di rumah pulang dari kerja. 

Naik KRL menjadi pilihan yang hemat, sebab ongkos lebih murah, karena pemerintah menyubsidi dalam jumlah yg cukup besar.

Pulang kerja sore hari, penulis menuju Stasiun Pasar Senen melakukan tap in lalu jalan ke peron 6 menunggu KRL dari Stasiun Jatinegara tujuan Bogor. Bersama ratusan penumpang yang menunggu di peron jalur 6 Stasiun Besar Senen, penulis naik KRL yang biasanya masih cukup lengang. Jumlah gerbongnya antara 8 - 12 buah. 

KRL ini  akan berhenti untuk menurunkan/menaikkan penumpang di beberapa stasiun: Kemayoran, Rajawali, Kampung Bandan, Angke dan Duri. Seluruh gerbong biasanya akan penuh sesak usai menaikkan penumpang di Stasiun Kampung Bandan, Jakarta Utara.

Berhubung KRL ini tujuan Bogor, maka para penumpang yang mau ke arah Tangerang harus transit di Duri, dan berpindah KRL trayek Duri - Tangerang. Dulu, penumpang yang hendak transit (ganti kereta) di Stasiun Duri, hanya turun dari KRL di peron 2, lalu langsung naik ke KRL Tangerang yang sudah stand by di jalur 3. 

Dan kalau KRL-nya belum tersedia, belum tiba, para penumpang hanya menunggu di peron 2 tersebut dalam waktu yang tidak terlalu lama. Semua berlangsung dengan cepat dan mudah. Tidak perlu berjalan jauh untuk menyeberangi rel misalnya. Durasi KRL pun cepat, karena setiap 20 menit sudah ada.

Namun "petaka" mulai terjadi ketika KRL Bandara Soekarno Hatta dioperasikan. Berhubung jalur rel yang digunakan KRL Bandara yang diberi nama rail link itu adalah jalur Tangerang - Jakarta, namun hanya sampai di Batuceper untuk selanjutnya meluncur ke Bandara, perjalanan KRL penumpang (ekonomi) jadi berubah. Yang tadinya setiap 20 menit, kini menjadi 30 menit. 

Sementara KRL Bandara sering melintas dengan angkuhnya. Beda tarif KRL Bandara dengan KRL ekonomi memang antara Planet Bumi dan Mars. Ongkos KRL dari Senen - Tangerang hanya Rp 4.000, sementara KRL Bandara sekitar Rp 70.000. Mungkin instansi ini lebih membutuhkan banyak uang sehingga KRL rakyat dikurangi?

Melihat kenyataan ini, saya jadi teringat pada Ignasius Jonan, mantan Dirut PTKA yang kemudian menjadi menteri perhubungan, dan kini menteri ESDM. Sewaktu memegang PTKA, beliau melakukan langkah hebat membenahi perkeretaapian. Sebelum Jonan, kondisi KRL--secara khusus jalur Jabodetabek--sungguh mengenaskan. 

Misalnya saja di atap gerbong KRL yang sedang melaju, selalu banyak orang yang duduk, padahal di atasnya ada kabel listrik dan sangat membahayakan para penumpang ilegal itu. Peron-peron di semua stasiun juga dikuasai oleh pedagang dengan lapak-lapak mereka. Di dalam gerbong KRL sendiri, sudah kumuh, dan sesak, ramai pedagang asongan, pengamen, dsb. Ignasius Jonan menyulap semuanya menjadi tertib dan manusiawi. Mungkin tidak sempurna betul, namun kondisinya sungguh jauh lebih baik dibanding dulu. 

Salah satu  kebijakan Jonan adalah menghapus seluruh KRL bisnis dan eksekutif, dan hanya ada satu KRL ekonomi di lintasan Jabodetabek. Perjalanan pun jadi lancar. Kalau di masa ada KRL bisnis atau eksekutif, KRL ekonomi sering ditahan di stasiun demi memberi jalan lebih dahulu ke kelas bisnis atau eksekutif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun