Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Halte Busway Perlu Lebih Panjang

2 Maret 2018   15:27 Diperbarui: 2 Maret 2018   16:24 1375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: beritadaerah.co.id


Menjadi pengguna rutin bus transjakarta, rasanya "ngeri-ngeri sedap". Sedap kalau kita sedang mujur, mendapati bus yang sedang longgar, penumpang tidak full berdesakan atau sampai bersikut-sikutan. Syukur-syukur kalau sedang lengang dan ada tempat duduk yang lowong. Duduk nyaman di dalam bus yang sejuk berpendingin AC, bisa-bisa malah ngantuk dan tidur.

Tapi kalau lagi apes, di halte berikutnya banyak penumpang yang naik, maka kenyamanan kita berpotensi diusik. Apalagi ada orang tua atau ibu hamil maka kita harus siap sedia, rela dan tulus ikhlas memberikan tempat duduk kepada mereka yang memerlukan. Mempersilakan mereka duduk, jauh lebih bagus ketimbang harus diperintah oleh kondektur supaya kita bangun dan memberikan tempat duduk kepada pemegang hak "prioritas".

Transjakarta digagas oleh gubernur DKI tempo doeloe, Sutiyoso dengan harapan bisa memancing warga yang setiap hari naik mobil pribadi ke kantor, supaya beralih ke transjakarta. Selain bus yang nyaman dan bersih, jalur busway pun disterilkan dari mobil selain transjakarta. Menggiurkan sebenarnya janji itu. Jika pemilik mobil berbondong-bondong naik bus umum, maka volume kendaraan pribadi berkurang drastis dari jalan-jalan Ibu Kota. Maka, lancar kotanya, sumringah warganya.

Namun dalam perkembangannya, cita-cita mulia dari Pak Gubernur zaman old itu tidak sepenuhnya terealisasi secara jitu. Transjakarta dengan ongkos yang relatif murah, Rp 3.500,- sering penuh sesak terutama pada jam-jam sibuk. Di jalur macet bus ini akan ikut terjebak bersama kendaraan lain, sebab sterilisasi jalur busway pun tidak selalu konsisten dikawal petugas. Dengan kondisi seperti ini, kenyamanan pun sudah ada tidak lagi. Walhasil, orang-orang pun tetap memilih bertahan dengan kendaraan pribadi mereka. Dan jalan-jalan utama Jakarta pun tetap disesaki kendaraan pribadi. Makin runyam sebab kendaraan pribadi  jumlahnya makin bertambah setiap hari.

Maka untuk sampai pada tujuan awalnya, masih banyak hal yang perlu dibenahi oleh pengelola transjakarta. Salah satu adalah "bongkar muat" yang seringkali memakan waktu cukup lama. Ada kalanya lebih dari satu bus berjejer masuk halte. Sebagian besar penumpang sebenarnya mau turun/transit di halte tersebut.

Tapi karena kapasitas halte hanya untuk satu bus, maka harus ditunggu dulu bus yang sudah di depan pintu halte menurunkan dan menaikkan penumpang. Hal ini kadang memakan waktu sampai 3 menit. Maka untuk sampai pada giliran bus yang mengantre di barisan ke lima, enam, dst., tinggal dikalikan saja berapa menit waktu yang terbuang. Belum lagi faktor orang yang sedang terburu-buru masuk kerja, atau kebelet buang air misalnya, waktu sebanyak 10 - 15 menit itu sangat menyiksa!

Maka, untuk mengurangi waktu tunggu yang panjang dan membuat stres ini, halte transjakarta mau tidak mau harus diperpanjang sehingga mampu menampung lebih banyak bus dan melakukan bongkar-muat penumpang dalam waktu yang bersamaan. Apalagi kalau kita melihat banyak halte yang panjangnya mubazir. Coba saja dirombak dan dibikin beberapa pintu untuk memudahkan dan mempercepat turun-naik penumpang. Idealnya, halte busway itu mencontoh peron stasiun kereta api, di mana satu rangkaian kereta rel listrik (KRL) commuter line yang terdiri dari delapan- sepuluh gerbong bisa menurunkan dan menaikkan penumpang sekaligus dari setiap pintu gerbong.

Panjang halte transjakarta tidak harus sepanjang peron di stasiun yang bisa mencapai ratusan meter. Yang perlu adalah halte busway yang dapat menampung paling sedikit lima bus dan menurunkan penumpang tanpa menunggu bis yang di depannya berjalan dulu. Dengan halte yang sedemikian diharapkan waktu bongkar-muat penumpang bisa lebih cepat.

Transjakarta sudah beroperasi sejak 2004. Tahun demi tahun ada penambahan koridor dan rute baru. Halte busway bertebaran di mana-mana, namun sayang tidak semua halte dilengkapi toilet umum. Hanya beberapa halte yang punya toilet di area halte. Di Harmoni Central Busway (HCB) saja, toilet berada di luar gate. Artinya penumpang yang butuh ke toilet harus keluar dulu.

Kalau tujuan akhirnya di HCB mungkin tidak masalah, tetapi bagi penumpang yang harus melanjutkan perjalanan lagi dengan transjakarta, harus melakukan tap in lagi. Bisa juga sih kita minta izin dulu ke petugasnya mau ke toilet dan setelah itu masuk lagi ke dalam tanpa perlu tap in lagi. Tapi cara ini kurang efektif. Maka lebih nyamannya alangkah baiknya toilet dibikin di dalam areal, sehingga penumpang yang memerlukannya tidak perlu tap out dan tap in lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun