Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sepak Bola, di Antara Bisnis atau Hiburan?

22 Februari 2018   15:16 Diperbarui: 22 Februari 2018   17:07 2019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: radiosport.cl

Sepakbola adalah salah satu cabang olahraga. Itu teori dalam pelajaran olahraga di sekolah. Namun belakangan ini, definisi ini semakin kabur saja. Olahraga itu sifatnya menyehatkan badan orang-orang yang memainkannya. Sekarang ini sepakbola malah jadi tontonan yang menarik bagi puluhan ribu orang di stadion. Belum lagi yang menonton siaran langsungnya di televisi.

Jika sedang musim el classico, pertandingan antara Real Madrid dengan Barcelona, dipastikan ratusan juta orang, atau bahkan mungkin miliaran orang di seluruh dunia menonton 22 orang yang sedang bermain sepakbola. Jika olahraga itu menyehatkan, maka yang sehat adalah para pemain di lapangan. Para penonton di rumah atau di stadion, khususnya fans berat masing-masing tim, malah berolahraga (senam) jantung, alias degdegan. 

Maka jika mengacu pada fakta-fakta yang ada di atas, sepakbola bukan lagi tergolong olahraga, sebab sifatnya bukan lagi bikin sehat jasmani banyak orang. Orang-orang yang datang ke stadion untuk menyaksikan tim pujaannya tampil, bukannya membawa pakaian olahraga, seperti trainingdan sepatu kets, tetapi memborong makanan ringan popchorn, keripik singkong, minuman kemasan ringan, atau sigaret. Para penonton nanmalang. Ke stadion dengan wajah sumringah, alih-alih membakar lemak supaya langsing, justru menambah gumpalan  lemak di badan. Bayar tiket mahal hanya untuk menyaksikan pemain idolanya berolahraga. 

Maka bila ingin sepakbola tetap diakui sebagai salah satu cabang olahraga, cobalah jangan hanya menjadi supporter, tetapi juga sebagai pelaku aktif sepakbola. Bersama teman-teman secara berkala mencari lapangan kosong di kawasan kampung, dan bermain bola-lah di sana sampai keringat mengucur dan nafas ngos-ngosan. Selain badan sehat, eh... siapa tahu kita punya bakat terpendam yang ternyata mampu mempermainkan si kulit bundar sebaik dan selincah Lionel Messi? 

Maka setiap bermain, jangan alpa untuk mengambil videonya untuk selanjutnya diunggah ke Youtube. Siapa tahu Jose Mourinho atau Ernesto Valverde menonton, dan kesengsem lalu menyuruh agen untuk memboyong ke Old Trafford atau Camp Nou. Gaji yang besarnya miliaran rupiah per pekan sudah membayang di depan mata!  Apapun itu, ingat kata motivator: Jangan takut bermimpi! 

Ya. Sepakbola di era modern ini, khususnya di beberapa negara Eropa yang memiliki liga-liga terkenal, sudah merupakan bussiness yang menggiurkan. Setiap pertandingan di liga-liga bergengsi semisal La Liga Spanyol, Primera League Inggris, Ligue 1 Perancis, Bundesliga Jerman, dll., stadion selalu disesaki puluhan ribu penonton. Artinya, uang hasil penjualan tiket pun masuk dengan deras. Belum lagi nilai jual siaran televisi, yang tentu saja membuat pundi-pundi para pengusaha klub menebal dari waktu ke waktu. 

Tidak heran bila jenis-jenis pertandingan semakin banyak dan bermacam-ragam. Awalnya mungkin yang ada hanya pertandingan setiap pekan antarsesama klub di satu liga. Tetapi sekarang ini ada bermacam pertandingan kejuaraan. Di Spanyol saja misalnya, di samping trophy La Liga,  ada Copa del Rey. Di Inggris masih ada Piala FA, Piala Liga Inggris. Kemudian setiap peserta yang finish di urutan tertentu dalam klasemen akhir liga utama, bisa berlaga di tingkat Benua Eropa untuk memperbutkan Piala Liga Champions, Piala UEFA. Bahkan untuk juara Piala Liga Champions Eropa masih ada Piala Dunia Antarklub yakni ajang penentuan jagoan sejati di antara juara-juara liga di lima benua yang ada di Planet Bumi ini. Kelak, kalau Planet Mars sudah dihuni umat manusia, dan di sana ada liga sepakbola, maka jawaranya akan diadu dengan juara piala dunia antarklub dari Planet Bumi. 

Padatnya jadwal pertandingan yang dilakoni sebuah klub, karena harus tampil di beberapa turnamen, tentu menguras tenaga dan stamina para pemain. Masuk akal bila seorang pemain mengeluh ketatnya jadwal sehingga harus tempil 3 kali dalam sepekan. Dalam kondisi tenaga sudah terkuras, apakah masih bisa diharapkan seorang bintang sekelas Lionel Messi sekalipun selalu mampu mempertontonkan kelihaiannya mendrible bola pada setiap pertandingan? Rasanya tidak. Apalagi faktor usia pun tidak bisa dielakkan. Maka apabila seorang megabintang melempem dalam suatu pertandingan, itu pasti karena pengaruh jadwal penampilan yang sangat ketat dan padat.

Tapi apakah dengan demikian jumlah kejuaraan akan dikurangi, supaya para pemain punya banyak waktus istirahat memulihkan stamina? Rasanya tidak mungkin. Sebab para pemilik klub dan pengelola sepakbola hanya melihat dari segi membeludaknya penonton yang membeli tiket masuk stadion. Prinsipnya: kalau masih laku dijual, kenapa tidak? Persetan dengan mutu. Yang penting para penggemar sepakbola terhibur, dan bisnis meraup untung besar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun