Mohon tunggu...
Hansen Junhakim
Hansen Junhakim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Trisakti School Of Management (TSM)

Inovasi membedakan antara seorang pemimpin dengan seorang pengikut.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan Minoritas dalam Organisasi Yang Multikultural

27 November 2021   16:34 Diperbarui: 27 November 2021   16:40 919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam berorganisasi pasti kita tidak hanya akan bekerja seorang diri saja tetapi akan berkerja dengan banyak sekali orang-orang yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda mulai dari usia, ras, suku, agama, dan sebagainya yang membuat organisasi harus lebih ekstra untuk beradaptasi serta memanfaatkan keberagaman tersebut sebagai suatu keuntungan akan kemampuan yang dimiliki dari keragaman tersebut.

Keberagaman sendiri menurut Richard L. Daft (2018:329) dalam buku karangannya yang berjudul "The Leadership Experience 7th Ed" adalah perbedaan di antara orang-orang dalam hal usia, etnis, jenis kelamin, ras atau dimensi lain.

Dalam organisasi pastinya keberagaman bukanlah hal yang tabu lagi untuk sekarang ini di era global yang serba cepat, luas dan tanpa batas. Perlu diketahui juga banyak sekali hal-hal yang menjadi problematika dalam organisasi yang multikultural terutama bagi kaum minoritas sendiri yang terdiskrminasi dalam sebuah organisasi.

Menurut Richard L. Daft (2018:332-334) dalam buku karangan nya yang berjudul "The Leadership Experience 7th Ed" terdapat beberapa tantangan bagi minoritas yang sering terjadi dalam organisasi yang beragam sebagai berikut:

  • Ethnocentrism yaitu, keyakinan bahwa budaya dan subkultur sendiri secara inheren lebih unggul dari budaya lain.
  • Prejudice yaitu,  perasaan atau pendapat yang merugikan yang terbentuk tanpa memperhatikan fakta.
  • Stereotype yaitu, keyakinan atau citra yang kaku, berlebihan, irasional, dan biasanya negatif yang diasosiasikan dengan sekelompok orang tertentu.
  • Discrimination yaitu, memperlakukan orang secara berbeda berdasarkan sikap prasangka dan stereotip.
  • Glass ceiling yaitu, penghalang tak terlihat yang memisahkan perempuan dan minoritas dari posisi kepemimpinan puncak

Hingga sekarang ini masih ada terdapat diskriminasi yang mungkin kita seringkali jumpai terkait streotip tentang perempuan yang posisinya selalu berada di bawah laki-laki. Yang hingga sampai sekarang ini masih berkembang dan melekat di masyarakat sebagai kaum minoritas dan terdiskriminasi. Dalam dunia kerja kesetaraan seringkali menjadi masalah yang selalu tidak menemuni titik terang pemecahan, kadang kala wanita selalu dipandang sebelah mata dalam dunia kerja. Hal ini lah yang disebut sebagai glass ceiling dimana perempuan memiliki halangan untuk mencapai jabatan posisi kepemimpinan tertinggi dalam organisasi.

Sebagai seorang pemimpin dalam sebuah organisasi penting untuk menciptakan kesetaraan antara pria dan wanita serta kesempatan bagi kaum minoritas untuk berkembang serta mengaktulisasi diri mereka agar menjadi lebih baik lagi. Yang kadang kala sering di abaikan oleh beberapa organisasi demi mendapatkan keuntungan semata tanpa menyejahterakan pekerja yang ada di dalam organisasi.

Maka dari itu penting untuk pemimpin organisasi mengembangkan kepemimpinan yang inclusive dimana kepemimpinan organisasi global saat ini harus dapat menciptakan suatu kepemimpinan yang memastikan bahwa setiap orang baik pria maupun wanita, etnis minoritas, orang muda, LGBT, disabilitas, organ tua, ras minoritas, serta orang yang berbeda warna kulit dapat diberi kesempatan yang sama serta diperlakukan secara adil dan saling menghormati satu sama lain.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pentingnya toleransi serta keadilan dalam suatu organisasi yang heterogen perlu untuk diciptakan karena jika tidak terdapat toleransi serta kesempatan yang sama bagi setiap orang didalam organisasi khususnya bagi minoritas akan menjadi kendala dan masalah dikemudian hari serta hak-hak setiap kaum minoritas terabaikan serta melanggar HAM yang ada untuk berkembang serta meningkatkan taraf hidupnya dikemudian hari maka pemimpin dalam organisasi harus mampu untuk menciptakan lingkungan organisasi yang multikultural dengan sikap toleransi, kesempatan yang sama serta keadilan yang merata baik minoritas maupun mayoritas.

Budaya tidak membuat orang. Orang membuat budaya. Jika benar bahwa kemanusiaan seutuhnya perempuan bukanlah budaya kita, maka kita bisa dan harus menjadikannya sebagai budaya kita.

- Chimamanda Ngozi Adichie

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun