Mohon tunggu...
Lyfe Pilihan

Menganyam Bambu Menjadi Mata Pencaharian Utama Warga Desa Gunung Mulya

5 Maret 2019   09:11 Diperbarui: 5 Maret 2019   09:50 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kerajinan tangan dari bambu adalah perwujudan dari kreativitas yang dilakukan dengan memanfaatkan batang bambu. Batang bambu diketahui memiliki sifat kuat namun juga fleksibel, sehingga mudah digunakan menjadi bahan yang hasilnya bisa berguna bagi kehidupan masyarakat.

Batang bambu termasuk tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia, khususnya di Bogor, Jawa Barat. Faktor letak geografis Indonesia membuat tanaman bambu tumbuh dengan subur dan penanaman serta perawatannya yang mudah dilakukan. Selain mudah dirawat, faktor iklim di Indonesia juga membuat banyak tanaman mudah tumbuh di Indonesia, seperti bambu.

Dengan adanya tanaman bambu, menganyam bambu juga menjadi salah satu mata pencaharian warga Desa Gunung Malang kecamatan Tenjolaya. Desa Gunung Malang merupakan desa yang berada di daerah lereng Gunung Salak dengan ketinggian antara 600-700 M, dpl (di atas permukaan laut). Di desa ini terdapat beberapa pengrajin Anyaman bambu seperti boboko, alat dapur yang digunakan untuk menyiapkan bahan bahan masakan seperti sayuran, dan lain sebagainya.

Salah satu pengrajin boboko di Desa Gunung Malang adalah Bu Titin, beliau telah menjadi pengrajin Boboko lebih dari sepuluh tahun.

"Satu boboko kecil, dijual dua belas ribu lima ratus, kalo boboko yang besar dijual tujuh belas ribu. Biasanya seminggu saya bisa menjual lima belas biji dan dijual ke warung depan rumah," ujar Bu Titin. Beliau juga mengatakan, banyak pedagang yang membeli hasil bobokonya untuk dijual kembali ke pasar di Kota Bogor.

Selain boboko, ada juga dasar tampah yang dibuat oleh pengrajin dasar tampah bernama Bu Ana. Tampah yang ia anyam biasanya digunakan oleh masyarakat untuk mengayak beras. Satu anyaman tampah ia jual dengan harga Rp 3.000. Bu Ana telah membuat tampah selama lebih dari tiga puluh tahun. Dalam seminggu, Bu Ana mampu menjual tampah sebanyak sepuluh hingga lima belas dasar tampah.

Dasar tampah ini kemudian dijual kepada pengrajin lain untuk diteruskan menjadi tampah utuh yang sudah jadi. Pengrajin tampah yang sudah menjadi utuh adalah Pak Imong, yang juga telah mengrajin tampah lebih dari tiga puluh tahun. Dalam sehari, Pak Imong membuat tampah sebanyak tiga sampai lima buah tampah, satu buah tampah dijual seharga Rp 25.000.

Selain tampah, Pak Imong juga membuat nyiru, anyaman Bambu yang memiliki fungsi sama seperti tampah namun berukuran lebih kecil dan dijual seharga Rp 10.000. Para pengrajin anyaman bambu di desa Gunung Mulya Kecamatan Tenjolaya ini, menjadikan menganyam bambu sebagai mata pencaharian utamanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dan secara otomatis, kegiatan sehari-hari para pengrajin anyaman bambu hanyalah menganyam. Harapan ke depannya, anyaman bambu ini tetap diminati oleh masyarakat dan tetap mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari para pengrajin.

(Hansha)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun