Mohon tunggu...
Hanny Setiawan
Hanny Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Indonesia Baru

Twitter: @hannysetiawan Gerakan #hidupbenar, SMI (Sekolah Musik Indonesia) http://www.hannysetiawan.com Think Right. Speak Right. Act Right.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Novanto Tersandung, KMP Semakin Habis, Haters Tetap Ngotot

17 November 2015   16:13 Diperbarui: 17 November 2015   16:48 2653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegarangan KMP di awal pemerintahan Jokowi dengan menyapu bersih posisi di Senayan, semakin lama semakin meredup. PAN, PPP, dan Golkar pun satu demi satu merapat ke pemerintah meskipun belum berani terang-terangan.  Tinggal Gerindra dan PKS, yang cukup mesra.  Koalisi kepentingan ini seperti makan buah simalakama.  Mau bubar, koq ya malu dan tanggung.  Mau jalan terus, mereka tahu persis bahwa platform ideologi keduanya bertolak belakang.  Sudah pasti masa depan pasangan ini adalah suram.  Perceraian keduanya hanyalah masalah waktu.  

Dalam kondisi yang diatas angin, KIH mampu bermanuver sangat cantik dengan membubarkan diri dan melahirkan P4 (Partai-Partai Pendukung Pemerintah).  Habis sudah KMP.  Tidak mendukung P4 berarti tidak mendukung pemerintah, berarti menjadi partai-partai sektarian yang ga jelas.  Mendukung pemerintah, koq menjilat ludah sendiri.  Politik "sapit urang" yang cukup cantik dari KIH, bukan?

Sudah jatuh ketiban tangga.  Kelompok the "masker" yang dipelopori oleh Ketua DPR Setya Novanto (Fraksi Partai Golkar), Wakil Ketua Fadli Zon (Fraksi Partai Gerindra), Agus Hermanto (Fraksi Partai Demokrat), Fahri Hamzah (Fraksi Partai Keadilan Sejahtera), Taufik Kurniawan (Fraksi Partai Amanat Nasional) harus menelan pil pahit ketika Menteri ESDM Sudirman Said "berkicau" dan melaporkan ketua gang masker SN ke MKD (Majelis Kehormatan Dewan) DPR atau kemungkinan pencatutan nama Jokowi selaku presiden di kasus "Freeport-Gate".

Habisnya KMP ternyata tidak serta merta menghapuskan "the haters".  Budaya kebencian, unfotunately, sudah berhasil di tanamkan dalam 1 tahun ini melalui black campaign, dan bagaikan virus sudah mampu menjadi stronghold (benteng) tersendiri. Koalisi Haters inilah yang sekarang men-drive oposisi pemerintahan Jokowi.  Bukan lagi nalar, nasionalisme, atau bahkan bukan nasi bungkus. KEBENCIAN, hanya itu motivasinya.

***

Bagaimana mungkin bukan kebencian, ketika tragedi kemanusiaan di Paris harus dihubungkan dengan Jokowi?  "Semua salah Jokowi" yang dulunya guyon, sekarang menjadi kenyataan. Memang demikan cara kerja BENCI.  Begitu menyedihkan dan harus segera di obati.

Mencoba mengurai asal kebencian, saya menemukan 4 hal yang menjadi "inner motivation" para haters.  Temuan ini jelas bukan temuan ilmiah, pseudo-science pun bukan.  Ini hanya temuan subyektif saya.  Kalau ada pembaca yang merasa ada dalam mapping ini, semoga bisa membuka mata kita bersama bahwa kita sama-sama WNI yang cinta bangsa ini.  Yuk dikerjakan Indonesia Baru, bukan di benci.  

 

Ideologi.  Kebencian ini adalah kebencian "tingkat dewa".  Butuh persediaan cinta yang tanpa syarat untuk bisa mengubah pembenci-pembeci ideologis.  Misalnya, klux-klux klan yang membenci orang hitam.  Ini ideologis.  Sebaik apapun orang hitam karena dia hitam maka dibencilah dia.  Biasa disebutkan kebencian SARA.  Tidak heran orang seperti Ahok akan sangat rawan pembenci ideologis.  Sebaik apapun kerja Ahok, dia akan dibenci kelompok ideologis ini.

Sistematis. Korupsi berjemaah sudah menjadi penjajah terutama bangsa Indonesia sejak orba. Mafia-mafia yang tak terlihat tapi terasa ini jelas akan membenci perubahan.  Pembenci kelompok ini sangat sistematis untuk menjatuhkan pemerintah.  Isu apapun, cara apapun, bahkan berapapun harganya, secara sistematis akan di pakai untuk bisa kembali memimpin.  Kekuatan kelompok ini adalah invisible, dan lintas partai dan kelompok.  Dimana-mana ada.  Tidak bisa dikotakkan di grup tertentu, merekalah grup itu sendiri.  Mafia.

Pragmatis. Kelompok pembenci ini banyak tapi independen.  Karena ada perubahan di pemerintah baru mereka tergusur. Benci muncul, dan terus berkembang menjadi jaringan antar pembenci melalui sosial media.  Kelompok ini sangat mudah digunakan kelompok ideologis dan sistematis.  Orang-orang ini sebenarnya bukan orang jahat seperti kelompok ideologis dan sistematis, tapi hanya orang-orang yang terluka.  Hati yang luka merobek jiwa.  Jiwa yang terkoyak memupuk kebencian.  Kasihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun