Mohon tunggu...
Hanny Setiawan
Hanny Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Indonesia Baru

Twitter: @hannysetiawan Gerakan #hidupbenar, SMI (Sekolah Musik Indonesia) http://www.hannysetiawan.com Think Right. Speak Right. Act Right.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apakah Tuhan Itu Logis?

20 Desember 2013   17:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:42 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Iman dan rasio adalah suatu kajian yang selalu menarik bagi masyakat modern.  Metode ilmiah yang berdasarkan data, hipotesa, dan kesimpulan logis, sementara iman selalu berkonotasi "percaya saja".  Hal ini membawa kepada suatu pertanyaan umum semua orang yang percaya adanya Tuhan (kaum teis), "Apakah Tuhan itu Logis?"  Konsekuensi dari jawaban akan pertanyaan ini sangat luas dan mempengaruhi worldview atau cara pandang kita.

Apabila jawabannya adalah TIDAK.  Sebagai kaum teis, saya merasakan keanehan yang luar biasa.  Kalau Tuhan tidak logis, terus berarti Tuhan itu bodoh.  Bisa di bunuh semua orang beragama kalau saya bilang Tuhan itu bodoh.

Apabila jawabannya itu YA.  Kaum teis biasanya mengandalkan wahyu dan iman dan selalu berargumen bahwa akal budi dan rasio itu dibawah iman.   Sangat kontrodiksi satu dengan yang lain.


Ketika merenungkan hal ini, saya menemukan bahwa logis itu berbeda dengan mutlak.  Tuhan itu mutlak, sang causa prima.  Dia yang absolut.  Jadi tidak bisa dibantah, dan tidak perlu dibantah.  Apapun yang Dia kerjakan adalah logis dan nalar, itu harus kita terima dengan iman.

Dari iman inilah kita membangun "logika Tuhan".  Jadi memang ada logika Tuhan yang kadang berbeda dengan logika manusia.  Disinilah letak tensi dan ketegangan dalam beragama.  Belum lagi ketegangan antar umat beragama.  Kekosongan antara logika manusia dan logika Tuhan inilah yang diisi dengan HUMANISME.

Artinya seperti ini.  Dalam kita mencari logika Tuhan sesuai iman kita, maka kita harus memperhatikan MANUSIA.  Karena Tuhan yang menciptakan manusia sebagai makhluk tertinggi dan berakal budi.

Tidak akan pernah ada "Konferensi Monyet Indonesia" ataupun "Dialog Perdamaian antara Tikus dan Kucing", karena binatang-binatang ini tidak berakal budi seperti kita.


Apabila kita menghilangkan faktor MANUSIA, maka terperosoklah kita ke radikalisme agama yang dangkal. Sebagai contoh, "Membunuh" adalah tindakan yang pasti menyakiti manusia lain.  Di suku mana pun, di kelompok manapun apabila ada orang yang terbunuh, kita akan menangis.  Ketika dengan alasan "Tuhan yang suruh" kemudian kita membunuh orang lain, maka kita melupakan faktor MANUSIA dalam pencarian kita akan logika Tuhan.  Kita menjadi tidak logis, alias kata kita menjadi manusia-manusia bodoh yang menjadi budak kepercayaan yang salah.

Jadi kesimpulannya, Tuhan itu logis.  Tapi pikiran kita belum sampai kepada pikiran Tuhan.  Sebab itu harus ada perubahan pikiran yang dilandasi iman kepada Tuhan untuk mengerti pikiran dan kelogisan Tuhan. Dalam proses perubahan pikiran itu, MANUSIA adalah faktor utama untuk mengerti pikiran Tuhan.  Tuhan itu maha baik, tidak mungkin Dia memiliki rencana untuk mencelakakan manusia yang diciptakanNya dalam kasih sayang.

Pendekar Solo

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun