Mohon tunggu...
Hanny Setiawan
Hanny Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Indonesia Baru

Twitter: @hannysetiawan Gerakan #hidupbenar, SMI (Sekolah Musik Indonesia) http://www.hannysetiawan.com Think Right. Speak Right. Act Right.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Terperangkap di Juanda, Sebuah Pembelajaran

15 Februari 2014   07:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:48 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_295523" align="aligncenter" width="300" caption="Terperangkap Juanda #1 (doc.pri)"][/caption]

Tak pernah terbayangkan bahwa di hari Valentine akan terperangkap di airport Juanda Surabaya.   Tapi apa mau di kata, Kelud batuk besar sehingga semua rencana pun berubah.

Subuh 14.2.14 jam 5 saya rencana untuk ke Makassar kemudian ke Toraja. Sejak mau berangkat terasa ada yang aneh, seluruh mobil tertutup butiran "bak salju" yang ternyata bukan.  Butiran-butiran debu yang kemudian diketahu berasal dari ledakan gunung Kelud.  Sampai di airport, bergegas membayar airport taxt, ternyata diumumkan ada delay 2 jam menunggu abu vulkanik dibersihkan dan "hujan abu mereda"

Tapi dari twitter, online news, dan social media yang lain terasa bahwa 2 jam menjadi terlalu optimis.  Terbukti!  Di umumkan bahwa airport Juanda ditutup sementara sampai pemberitahuan yang aka datang.   Makanan pun diberikan untuk para penumpang.  Tapi keresahan dan kegundahan tidak bisa ditutupi.  Terperangkap!

Saya pun mulai berfikir apa yang harus dikerjakan.   Bercakap-cakap dengan penumpang-penumpang yang lain, mereka terlihat pasrah dengan menunggu.  Ada yang membawa anak kecil mulai resah karena botol susu ada di bagasi. Ada yang akhirnya tidur saja karena memang masih  pagi.  Melihat ke runway melalu kaca, logika saya mengataka ini tidak akan berhenti dalam 5 jam bahkan mungkin bisa sampai 2 hari tidak akan berhenti.  Saya pun bergerak untuk ke loket maskapai untuk mencari keterangan lebih.  Dan disana sudah begitu crowded seperti pengungsi keadaannya.

Ada yang minta reschedule, ada yang minta refund, bahkan ada yang marah-marah.  Heran sekali sudah tahu bencana alam yang dimarahi maskapainya.   Lha emangnya bisa apa CSO-nya?   Aneh sekali.  Juga terlihat seorang yang nampak seorang yang kaya telpon sana telpon sini dengan wajah jelek sekali karena lagi ngambek.  Padahal dandan wajah ibu muda ini penuh kosmetik.   Ingin rasaya saya dekati dan bertanya "kenapa bu, marah ya sama Kelud?"  Sekali lagi aneh-aneh saja.

[caption id="attachment_295524" align="aligncenter" width="300" caption="Terperangkap Juanda #2 (doc.pri)"]

1392397539998198499
1392397539998198499
[/caption]

Mengapa tidak bisa take it easy saja, tenang dulu, baru kita sama-sama gotong-royong menyelesaika masalah.   Maskapai terlihat bingung, penumpang terasa sekali akan meledak seperti Kelud meledak.  Potret inilah yang membuat aku tertegun.  Inikah bangsaku?  Bangsa yang gampang bingung?  Dari pihak maskapai dan airport sama sekali tidak ada komando yang tersentral, para penumpang juga semua mementingkan kepentingan diri sendiri.  Klop sudah.

Terperangkap di Juanda, membuat saya belajar esensi permasalahan bangsa ini.   Mudah bingung dan masih lemah dalam mengorganisir diri sendiri.  Sesederhana ada RELAWAN yang mengurus kebutuhan dan bernegosiasi dengan pihak maskapai maka tidak akan ada chaos lebih lanjut.   Tapi apa daya semua mau urusannya di dahulukan, sehingga terjadi hukum rimba siapa cepat dia dapat, siapa kuat dia menang.  Sedih.

Hari ini paling tidak ada pelajaran kehidupan kebangsaan yang berharga di saat yang tidak menyenangkan.  Bangsa ini terperangkap pola kehidupan yang masih tidak terorganisir.  Sebab itu dalam konteks itu gampang di perdaya, gampang di sulut kemarahannya, gampang berubah opini.  Masyarakat seperti ini masih belum melihat apa yang esensi tapi masih sangat pragmatis. PR yang besar untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Tapi itulah pesan suatu pagi di Juanda, Surabaya.

Pendekar Solo

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun