Mohon tunggu...
Hanny Lubaba
Hanny Lubaba Mohon Tunggu... Lainnya - A Full-time Learner

a random writer and currently studying science management

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Prioritas pada Kesehatan sebagai Human Capital Saving

10 September 2020   09:27 Diperbarui: 1 Februari 2021   12:04 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Serial diskusi online diselenggarakan oleh Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) dengan topik pengujian target pembangunan tahun 2021. Sepanjang diskusi berlangsung, muncul satu hal yang yang cukup menarik perhatian yaitu rencana penanganan dan target pemerintah dalam bidang kesehatan di tahun mendatang.

Sampai hari ini tercatat sudah lebih dari 200.000 kasus positif ditemukan, jumlah terkonfirmasi meninggal pun mencapai 8.000 nyawa. Bahkan baru-baru ini yang paling mengegerkan publik adalah angka kematian dokter dan tenaga kesehatan yang sudah menyentuh angka 100 orang. Angka tersebut bukanlah angka kecil, angka tersebut adalah cermin betapa genting dan mengkhawatirkannya pandemi ini. Angka tersebut juga merupakan bukti bahwa strategi dan jalan keluar yang harus ditetapkan oleh pemerintah tidak boleh main-main, melainkan harus fokus dan optimal.

Seperti yang sudah tercantum pada topik diskusi, pengujian target pembangunan 2021 berisi berbagai rancangan termasuk diantaranya RAPBN tahun 2021 dari keseluruhan kementerian. Masing-masing kementerian menetapkan besaran anggarannya. Beberapa kementerian meningkatkan besaran anggarannya, dan beberapa lain menurunkannya. Terdapat 9 kementerian yang menetapkan anggaran terbesar pada RAPBN 2021, diantara kementerian tersebut adalah PUPR, Pertahanan, keuangan dan beberapa kementerian lainnya. Namun, yang paling menarik perhatian terutama bagi para pengamat ekonomi adalah besaran RAPBN dari kementerian kesehatan yang jumlahnya justru sangat sedikit. Dalam RAPBN, anggaran kementerian kesehatan hanya sebesar 84,29 triliun. Angka tersebut jauh lebih sedikit dari pada kementerian PUPR dan Pertahanan yang menetapkan anggarannya lebih dari  100 triliun. 

Pandemi covid-19 menyerang hampir seluruh negara, banyak negara yang bekerja keras mengupayakan segala usaha untuk mengatasi dan menyelamatkan penduduknya, termasuk menetapkan besaran alokasi dana yang terfokus untuk kesehatan dalam jumlah yang sangat besar. Salah satu contoh seperti negara Singapura, kita melihat anggaran kesehatan yang ditetapkan pemerintah Singapura dalam bidang kesehatan khususnya untuk penanggulangan covid-19 mencapai 73 triliun, angka yang berbeda tipis dengan Indonesia. Padahal kita tau betapa lebih luas dan banyaknya penduduk Indonesia dari pada Singapura. Terlepas dari hal itu, kurva perkembangan kasus covid-19 di Indonesia pun tidak mengalami penurunan sampai hari ini. Maka sedikit mustahil rasanya jika pemerintah terlalu optimis pandemi ini akan selesai dan menganggarkan RAPBN dalam bidang kesehatan dengan jumlah yang sedikit.

Kunci penanganan covid-19 adalah pengadaan tes secara masif dan pendistribusian vaksin. Dan sampai saat ini vaksin masih berada dalam tahap uji kelayakan sehingga yang bisa diupayakan oleh pemerintah hanya pengadaan tes yang harus dilakukan secara lebih masif dari sebelumnya. Semakin banyak tes yang bisa dilakukan diseluruh wilayah maka langkah pencegahan dan pengurangan korban jiwa bisa dilakukan.

Melihat pada fakta dan berita dibanyak media sangat disayangkan sebab pada realitanya pengadaan tes tidak dilakukan secara merata, sebab itulah wajar jika kasus positif kian naik tajam. Waktu penyembuhan untuk Indonesia sudah bisa dipastikan akan jauh lebih lama daripada negara-negara lain, sehingga tidak menutup kemungkinan jika pada tahun 2021 mendatang pandemi ini masih saja menyebar dan tidak terselesaikan.

Seperti yang bisa kita lihat, kasus positif di Indonesia semakin melonjak. Angka kematian kian naik, tenaga kesehatan dan para dokter pun turut menjadi korban. Angka 100 orang benar-benar bukan angka yang kecil, mengingat angka 100 tersebut adalah mereka para SDM Indonesia yang memiliki ilmu dalam bidang yang paling dibutuhkan saat ini yaitu kesehatan. Butuh waktu yang cukup lama untuk menempuh pendidikan sehingga sangat disayangkan jika mereka harus perlahan berkurang mengingat jumlah tenaga kesehatan di Indonesia yang terhitung masih cukup sedikit.

Angka 100 tersebut adalah aset besar negara yang harus dijaga. Mereka adalah SDM yang memiliki pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan kreativitas yang diwujudkan dalam kemampuan kerja yang dapat digunakan untuk menghasilkan layanan profesional dan nilai ekonomi. Melihat pada angka yang sudah menembus angka 200.000 dan kematian sebesar 8.000 dengan 100 tenaga kesehatan didalamnya rasanya agak sedikit kurang tepat jika anggaran kesehatan 2021 nanti hanya ditetapkan sebesar 80 triliun.

Biaya pengadaan tes tidak sedikit, lalu pendistribusian vaksin nantinya pun tentu membutuhkan biaya yang besar. Belum lagi bantuan sosial dari pemerintah yang masih harus didistribusikan mengingat banyaknya pekerja baik formal maupun informal yang terdampak pandemi.

Penetapan anggaran yang besar pada bidang kesehatan bukan sebuah pilihan, melainkan kebutuhan yang harus segera dilakukan. Penyelamatan pada SDM bukan sebuah biaya yang hanya sekedar dikeluarkan, perhatian dan rencana yang optimal pada bidang kesehatan merupakan bentuk human capital saving di mana Indonesia menyelamatkan mereka sebab mereka adalah aset yang akan banyak berkontribusi untuk negara di masa mendatang.

Prioritas pada kesehatan adalah gerbang utama menuju perbaikan secara keseluruhan. Jika kurva kasus positif bisa perlahan melandai maka ekonomi pun akan menyusul membaik dengan sendirinya. Tidak ada pilihan lain selain berusaha keras dan bersabar, ketika kasus positif bisa ditekan, covid akan perlahan selesai dan situasi akan kembali normal. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun