Mohon tunggu...
Hani Rai
Hani Rai Mohon Tunggu... Petani - Belajar jadi petani

blogging, handcrafting, journaling, eco farming

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Rumah Hemat Energi Menuju Net Zero Emission

23 Oktober 2021   11:27 Diperbarui: 23 Oktober 2021   11:37 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ada pembangkit listrik di atap rumah (dok pribadi)

Nah, setelah mengkalkulasi dan bertekad bulat menjadi salah satu pelaku energi hijau, kini saatnya mencari produsen panel surya yang terpercaya. Kita bisa mencari informasi di internet. Kalau sudah ketemu, kita diskusikan hal teknis dan persiapan terkait instalasi PLTS Atap dengan mereka.

Apakah memasang panel surya ini perlu berhubungan dengan PLN ? Ya. Jika menggunakan  sistem on-grid, jaringan akan terkoneksi ke PLN. Kita ekspor kelebihan listrik ke PLN untuk kemudian impor lagi manakala dibutuhkan. Petugas PLN akan memasang kWh meter ekspor-impor di rumah. Dari revisi Permen ESDM 2018 tentang PLTS Atap, ekspor listrik pelanggan ke PLN yang semula 65% kini menjadi 100%. Akumulasi selisih lebih ekspor listrik pelanggan ke PLN pun berubah dari 3 bulan menjadi 6 bulan. Sebaliknya jika kita menggunakan sistem off-grid, kelebihan daya akan disimpan di batere dan bisa digunakan sebagai cadangan. Sistem off-grid ini tidak terkoneksi ke PLN, namun membutuhkan biaya yang lebih besar karena baterenya mahal.

Kabar baiknya, Kementrian ESDM akan meluncurkan aplikasi pintar esmart-plts.jatech untuk memudahkan pelayanan. Pelanggan bisa menggunakan aplikasi ini untuk menghitung perencanaan pembangunan, efisiensi yang didapatkan, mengawal proses perizinan hingga selesai maupun pengaduan terkait PLTS Atap. Wah, makin mudah saja ya...

Namun sebelum melangkah, ada prinsip penting yang harus dipahami : Spirit memiliki PLTS Atap adalah menggunakan energi dengan efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Menggunakan energi hijau bukan berarti kita bisa menyalakan AC, TV dan peralatan elektronik sehari semalam, karena itu namanya pemborosan. Sebaliknya, energi ramah lingkungan membuat kita lebih bijak dalam penggunaan listrik sehari-hari, syukur-syukur bisa bermanfaat untuk orang banyak. Jadi, bukan hanya beralih pada alat baru, namun kita juga beralih pada kebiasaan dan kesadaran baru. Ya, net zero emission perlu dikawal dengan kebiasaan hemat energi !

Ada pembangkit listrik di atap rumah (dok pribadi)
Ada pembangkit listrik di atap rumah (dok pribadi)

Menangani Emisi Rumah Tangga

Setiap rumah pasti memiliki sampah, baik organik maupun an organik. Sampah organik rumah tangga yang tidak ditangani akan menjadi masalah lingkungan, apalagi jika hanya ditumpuk di TPA. Sebetulnya sampah rumah ini bisa dikelola. Mari simak beberapa cara yang kami lakukan.

#Komposter

Komposter jadi cara jitu menangani limbah, namun tidak semua benda bisa masuk ke sana. Komposter hanya menerima bahan coklat unsur karbon (C) dan bahan hijau unsur nitrogen (N). Apakah itu ? Kertas dan kardus polos, daun, rumput dan ranting kering,  sekam dan serbuk kayu mentah adalah contoh sumber karbon. Sisa sayur, bunga, kulit buah, daun, adalah contoh sumber nitrogen. Sampah N dan C dimasukkan selang seling ke dalam tong, lalu disiram larutan molase/gula dan bakteri/mikro organisme untuk membantu penguraian. Sabar ya, proses pengomposan akan memakan waktu. Komposter aerob (menggunakan udara) akan lebih cepat memproses kompos dibanding an aerob (tanpa udara). Namun komposter aerob memungkinkan kita bertemu makhluk (magot) yang membantu penguraian. Kompos jadi, bisa dimanfaatkan sebagai media tanam. Ekses limbah cair (air lindi) yang keluar dari proses fermentasi bisa dipanen dan dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair (POC).  Keren kan !

Panen kompos dan pupuk cair dari komposter (dok pribadi)
Panen kompos dan pupuk cair dari komposter (dok pribadi)

# Membuat pupuk organik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun