Mohon tunggu...
Hanif Rangga
Hanif Rangga Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Psikolog Candidate

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Catatan Akhir Kuliah: Menghadapi Kematian Sendiri

30 September 2011   05:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:29 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Banyak individu menjelang kematiannya mengharap diberi kesempatan untuk membuat beberapa keputusan berhubungan dengan hidup dan mati mereka. Beberapa individu lainya ingin menuntaskan urusan yang belum selesai; mereka menginginkan waktu untuk menyelesaikan masalah dan prinsip yang ada dan melengkapkan masalah pada tempat yang seharusnya.

1.Fase-fase menjelang kematian dari Kubler-Ross

Elizabeth Kubler-Ross (1969) membagi prilaku dan proses berpikir seseorang yang sekarat menjadi lima fase: penolakan dan isolasi kemarahan, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.

a.Penolakan dan asosiasi (denial and disolation), merupakan hasil pertama yang diusulkan Kubler-Ross dimana orang menolak bahwa kematian benar-benar ada. Namun, penolakan biasanya pertahan diri yang bersifat sementara dan kemudian akan digantikan dengan rasa penerimaan yang meningkat saat seseorang dihadapkan pada beberapa hal.

b.Kemarahan (anger), merupakan fase kedua dimana orang yang menjelang kematian menyadari bahwa penolakan tidak dapat lagi dipertahankan. Penolakan sering memunculkan rasa benci, marah dan iri.

c.Tawar-menawar (bargaining), merupakan fase ketiga menjelang kematian dimana seseorang mengembangkan harapan bahwa kematian sewaktu-waktu dapat ditunda atau diundur.

d.Depresi (depression), merupakan fase keempat menjelang kematian dimana orang yang sekarat akhirnya menerima kematian. Pada titik ini, suatu periode depresi atau persiapan berduka mungkin muncul.

e.Penerimaan (acceptance), merupakan fase kelima menjelang kematian, dimana seseorang mengembangkan rasa damai; menerima takdir; dan, dalam beberapa hal, ingin ditinggal sendiri.

2.Pemahaman Terhadap Kontrol dan Penolakan

Pemahaman terhadap kontrol dan penolakan dapat bekerja bersama sebagai suatu strategi adaptasi pada beberapa orang dewasa lanjut yang sedang menghadapi kematian. Penolakan mungkin merupakan cara yang dapat membuahkan hasil bagi beberapa individu dalam menghadapi kematian. Penolakan dapat datang dalam beberapa bentuk (Weisman, 1972). Pertama, kita dapat menolak kenyataan. Kedua, kita dapat menolak implikasi dari suatu penyakit atau suatu situasi yang mengancam. Ketiga, kita dapat menolak bahwa kita akan musnah apabila secara biologis kita mati; disini ita dapat memiliki keyakinan tentang keabadian spiritual.

Penolakan dapat adaptif atau maladaptive. Penolakan dapat digunakan untuk menghindari pengaruh yang merusak dengan menunda keharusan berhadapan dengan kematian. Penolakan dapat bersifat baik ataupun buruk; dalam hal ini diperlukan kualitas adaptasi berdasarkan individual.

3.Beberapa Konteks di Mana Orang Mati

Bagi individu yang sekarat, situasi-situasi yang ada pada saat mereka mati sangat penting. Beberapa orang mengalami kematian di rumah sakit dan sebagiannya lagi di tempat lain, seperti di rumah perawatan dan pusat-pusat penitipan dan perawatan. Kebanyakan orang menginginkan untuk menghembuskan nafas terakhirnya di rumah. Namun, seringkali berbagai perasaan muncul, seperti mereka akan hanya menjadi beban di rumah, atau ruangan rumah yang terbatas dan menghadapi kematian dapat merubah hubungan, seperti dirawat oleh anak. Individu yang menjelang wafat juga khawatir mengenai kompetensi dan penggunaan perawatan medis darurat jika mereka tinggal di rumah.

Selain rumah sakit dan rumah, situasi ketiga dalam kematian yang baru-baru ini mendapat perhatian adalah hospice, suatu institusi humanis yang memiliki komitmen untuk mengusahakan berakhirnya hidup tanpa rasa sakit, cemas dan depresi. Tujuan hospice berbeda dengan rumah sakit, di mana rumah sakit merupakan tempat untuk merawat penyakit dan memperpanjang hidup.

Santrock, Jhon. Life Span Development 5E. Penerbit Erlangga: Jakarta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun