Mohon tunggu...
Abdullah Hanif
Abdullah Hanif Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer | Novelis

Membaca, lalu berbagi

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Menemukan Alasan Mencintai Buku (Sebuah Jurnal)

12 Januari 2023   15:07 Diperbarui: 13 Januari 2023   21:11 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DIMULAI DARI PERTANYAAN MENOHOK

Akhir Desember 2018 adalah awal dari perjalanan ini. Entah bagaimana ceritanya, takdir menuliskan, bahwa saya harus menjalankan amanah sebagai seorang Ketua Umum, pada sebuah Organisasi Mahasiswa yang cukup besar, di Kampus Islam Jakarta saat itu.

Pada satu sore, dalam pertemuan rutin bersama seorang ustadz, yang juga merupakan alumni Tafsir Qur'an di Kampus saya, kami memulai diskusi. Dalam perbincangan, sang Ustadz bertanya, "Antum sebagai Ketua Umum, sebulan bisa menamatkan berapa buku?".

Dengan kapasitas saya yang apa adanya, dengan berterus terang saya sampaikan, "Tidak ada ustadz, saya hanya membaca buku yang direkomendasikan dosen untuk mata kuliah, itu pun tidak pernah terbaca sampai tamat, hanya membaca halaman yang dibutuhkan untuk pembelajaran dan penugasan saja".

Sejak hari itu, saya mulai berpikir dan bertanya dalam hati, "Apakah seorang ketua umum pada sebuah organisasi mahasiswa, harus rajin baca buku?". Sempat menjadi hal yang mengganggu pikiran, namun akhirnya, saya putuskan untuk melupakannya, sebab keyakinan saya, bahwa semua akan berjalan baik-baik saja, tanpa harus rajin membaca banyak buku.

Dok Pribadi
Dok Pribadi

DIUNDANG DALAM DISKUSI MAHASISWA

Sebagai seorang ketua umum sebuah organisasi mahasiswa yang cukup besar, sudah bisa dipastikan bahwa akan banyak undangan masuk pada sang ketua, entah sebagai peserta, pemantik diskusi, bahkan sebagai pembicara.

Pada awal tahun 2019, undangan demi undangan saya terima dan hadiri dengan baik, sampai saat itu tiba. Ini adalah undangan diskusi mahasiswa yang membahas tentang ideologi-ideologi yang berkembang di Indonesia.  Saya menerima dan menghadiri undangan itu sebagai peserta biasa, sebagaimana peserta yang lain. 

Diskusi pun dimulai, dibuka oleh pembawa acara dan diskusi "dipancing" oleh seorang pemantik yang merupakan dosen sebuah universitas. Setelah itu, hampir seluruh peserta seperti terbakar gairah kritisnya, mereka berlomba-lomba menyampaikan pendapat masing-masing, yang tentu saja didasarkan pada literasi yang pernah mereka "lahap".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun