Mohon tunggu...
Hanif Galih Pratama
Hanif Galih Pratama Mohon Tunggu... Bankir - Economist, Traveler, Writer

Senang melihat berbagai hal dari sudut pandang ekonomi-sosial.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Covid-19 dan Alasan Kita Akan Selamat

6 Agustus 2020   03:36 Diperbarui: 7 Agustus 2020   16:33 3065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi Indonesia berakarkan rumput yang kuat dan cenderung liat dan fleksibel dalam menghadapi krisis. Disini, pekerjaan dapat datang dari mana saja selama interaksi sosial masih berjalan.

Di sisi lain, tumpuan yang begitu tinggi pada sektor rill, membuat hampir mustahil perekonomian Indonesia dapat berjalan normal hanya dengan berdiam diri di rumah. 

Masih banyak dari kita yang harus berjualan di pasar sejak subuh, mendorong gerobak dari rumah ke rumah, yang masih jauh dari akses teknologi digital untuk bekerja dari jauh. 

Karenanya, bukalah kembali pintu ekonomi dengan protokol kesehatan yang ketat. Wajibkan masyarakat menggunakan masker, terapkan denda yang tinggi bagi mereka yang melanggar. Berikan pula perlindungan maksimal bagi seluruh petugas medis yang berada di garis terdepan wabah ini.

Dan lagi, perlu disyukuri bahwa ditengah keberagaman yang ada, budaya saling menolong itu tidak hilang. Mungkin tidak akan kita temukan di negara manapun, masyarakat yang bahu membahu untuk memastikan tetangganya tidak kelaparan. 

Tanpa menunggu instruksi pemerintah, kita telah berinisiatif untuk membagi-bagikan sembako gratis bagi mereka yang kehilangan pekerjaan. Paling tidak, agar perut mereka tidak lapar.

Saya teringat saat tahun 2018 silam, saat saya masih bertugas di Lombok. Pada pertengahan tahun, pulau itu diguncang gempa luar biasa hebatnya. 

Tidak hanya sekali dua kali, tapi hampir setiap hari mulai akhir Juli hingga Agustus, hingga meratakan daerah utara pulau itu. Saat itu yang terbesit dalam benak saya, pertumbuhan konsumsi pasti negatif, karena tak terhitung berapa banyak orang kehilangan pekerjaan. 

Namun saat rilis data oleh BPS saat itu, pertumbuhan konsumsi masyarakat tetap positif dan bahkan lebih tinggi dari saat sebelum terjadi bencana. 

Anomali itu tidak lepas dari peran aktif masyarakat Indonesia yang tidak henti-hentinya mengirimkan bantuan kepada korban gempa, sehingga daya beli mereka tetap terjaga meski kehilangan banyak hal.

Saya meyakini, kuatnya modal sosial masyarakat Indonesia lah yang akan menyelamatkan bangsa ini di tengah wabah Covid-19. Bukan vaksin, bukan pula dana subsidi, tapi semangat gotong royong dan rasa iba yang mudah tersentuh sehingga menggerakan nurani jutaan penduduknya, untuk bersama-sama keluar dan pulih dari bencana ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun