Yang menarik adalah, dengan sumber kekayaan yang begitu besarnya pun, Amerika tetap bersikukuh untuk membuka kembali ekonominya, dengan konsekuensi kasus covid kembali meningkat.
Indonesia juga sama. PSBB mulai dilonggarkan, dan kasus covid kembali meraja.
Apakah keputusan ini salah? Saya rasa, tidak.
Suka tidak suka, PSBB harus dibuka. Berhenti membandingkan dengan negara ini, negara itu. Kita adalah negara dengan ratusan juta penduduk.
Semakin lama dikurung, semakin besar risiko sosial yang dihadapi. Semakin lama dikurung, semakin besar peluang kita jatuh ke dalam kebangkrutan negara.Â
Negara bisa bangkrut jika masyarakatnya terus disuapi karena tidak boleh bekerja. Seperti kata Elon Musk, untuk bisa makan kamu harus bekerja, karena bekerja menghasilkan uang.Â
Kamu tidak bisa selamanya berharap uang jatuh dari langit. Terlebih, jumlah aparat kita tidak cukup untuk untuk meredam kekacauan masa jika terjadi konflik sosial. Malah bisa jadi, konflik sosial bisa meledak seperti di Amerika dengan tragedi kematian George Flyod-nya.
Lantas, apakah kita akan selamat? Saya yakin, iya. Mengapa?
Alasan pertama, karena kita kuat.
Perlu digarisbawai, saya bukan pakar kesehatan. Saya yakin virus covid ini nyata dan berbahaya, karena bisa merenggut nyawa manusia. Namun dalam kondisi serba terjepit seperti ini mari kita sama-sama melihat dari sudut pandang yang lebih luas.
Rasio kematian covid di Indonesia kurang dari 5%. Menurun jika dibandingkan awal mula pandemi ini menyebar yang hampir 10%. Penurunan rasio kematian terjadi hampir di seluruh negara, meski negara seperti mexico, Italy, maupun perancis masih memiliki rasio kematian diatas 10%.Â
Positivity rate di Indonesia, atau rasio jumlah kasus positif terhadap jumlah test yang dilakukan, menurut kemenkes sebesar 12%. Namun jika dilihat secara total test terhadap kasus cukup rendah sekitar 7%.Â