Mohon tunggu...
Hanif Fiansyah
Hanif Fiansyah Mohon Tunggu... Relawan - mahasiswa

Ketua Umum HMI Cabang Jakarta Raya, hobi solat jum'at. Karena dalam khotbah Jum'at selalu terselip ayat revolusioner Innallāha ya`muru bil-'adli wal-iḥsān!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Senjakala Gerakan Moral Mahasiswa dan Keharusan Membangun Gerakan Politik Progresif

20 Mei 2022   19:03 Diperbarui: 20 Mei 2022   19:51 989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Peran gerakan mahasiswa dalam dinamika perubahan kekuasaan di Indonesia memiliki pengaruh yang cukup penting, seperti pada masa perjuangan kemerdekaan, masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, masa jatuhnya Soekarno yang kemudian melahirkan era Orde Baru dan juga pada masa reformasi yang melengserkan rezim Soeharto. 

Mencuatnya gerakan mahasiswa dengan label heroism seperti agent of change, iron stock, moral force & social control bukanlah sesuatu yang begitu saja terjadi. Dalam menjalankan aktivismenya selain labelisasi mahasiswa juga dikonstruksi bak Koboy atau Resi’ (dalam konteks masyarakat Jawa), yang tidak memiliki kepentingan kekuasaan dalam hati dan kepala mereka. 

Sebagaimana seperti seorang Resi’, mereka datang ketika keadaan sudah genting dan dengan kekuatan moral, mencoba menjadi roda penggerak perubahan tanpa bergerak bersama kelompok lain.

Pada posisi inilah gerakan moral merupakan gerakan pemecah belah, itu karena gerakan ini menolak membangun aliansi dengan organisasi atau gerakan sosial lain atas nama kemurnian gerakan dan terhindar dari kepentingan politik lain.

 Seperti yang belakangan sering terjadi dalam beberapa dokumentasi yang memperlihatkan aksi-aksi Mahasiswa yang dipelopori BEM-SI atau Aliansi Mahasiswa Indonesia yang membuat border sesama barisannya untuk mengeksklusi massa aksi yang tidak beralmamater sebagai penyusup dan bukan menjadi bagian dari gerakan.

Dalam karyanya  La Trabison des Clercs, Julian Benda menggambarkan cendikiawan sebagai sosok manusia ideal yang berprinsip “kerajaanku bukan di bumi ini”. Artinya para cendikiawan dikonstruksi sebagai manusia yang tidak memiliki kepentingan duniawi, para cendikiawan yang terlibat dalam dunia perpolitikan, bagi Julian Benda dilihat sebagai wujud dari “Penghianatan Intelektual”. 

Karya Julian Benda tentang “Penghianatan Kaum Intelektual” ini merupakan pondasi dari gerakan moral di Indonesia. Para pioner kekuatan moralitas ini seperti Soe Hok Gie dan Soe Hok- djin (Arief Budiman), dua orang saudara yang kuliah di Universitas Indonesia dan juga mahasiswa angkatan 66’. 

Sunyoto Usman dalam artikel jurnal berjudul “Arah Gerakan Mahasiswa: Gerakan Moral ataukah Gerakan Politik?” (1999) mengartikan gerakan moral sebagai gerakan yang meletakkan energi mahasiswa hanya sebagai pendobrak ketika institusi birokrasi dan institusi politik tidak bisa memainkan peran sesuai dengan tuntutan sektor publik, gerakan tersebut hanya untuk meluruskan. 

Sedangkan gerakan politik dimaknai sebagai gerakan riil dalam percaturan politik yaitu dengan masuk lembaga eksekutif atau legislatif atau lebih tepatnya menjadi politisi profesional.

Konstruksi superioritas mahasiswa tersebut dilakukan oleh rezim Orba dengan melakukan depolitisasi identitas dan untuk membedakannya dengan Pemuda yang konstruksi pemaknaannya merupakan para nasionalis pejuang kemerdekaan, penentang penjajahan, memiliki keberanian yang kuat dan lebih dekat gerakan kiri di Indonesia. Apabila gerakan Pemuda tahun 1928 adalah gerakan moral maka dapat dipastikan saat ini Indonesia tidak akan pernah ada. 

Transformasi gerakan mahasiswa tidak sebatas moral force namun harus bergerak menjadi satu bentuk entitas politik baru, karena apabila gerakan mahasiswa hanya berangkat dari moral dalam artian menyampaikan kebenaran, penyambung lidah rakyat yang sering direfleksikan selama orde baru hingga pasca reformasi, tentunya kita hanya akan berada di siklus yang sama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun