Mohon tunggu...
Hanif Fadhlurahman
Hanif Fadhlurahman Mohon Tunggu... Lainnya - Young

https://www.instagram.com/haniffdr_

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Penarikan As dari JCPOA yang Didasari oleh Kebijakan Luar Negeri Donald Trump terhadap Program Nuklir Iran

2 Desember 2021   12:20 Diperbarui: 2 Desember 2021   12:33 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Bagi sebagian besar manusia di muka bumi, tenaga nuklir merupakan teknologi luar biasa yang berpotensi membahayakan kehidupan manusia, lingkungan, dan bahkan planet ini. 

Serangan bom nuklir di kota Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika Serikat pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, menyebabkan ribuan orang yang tidak bersalah meninggal karena menderita luka yang sangat parah dalam waktu singkat. Bom nuklir menghasilkan radiasi yang membuat orang sakit dan merusak lingkungan. 

Orang umumnya mengidentifikasi teknologi nuklir sebagai sangat berbahaya sebagai akibat dari insiden ini. Yang membuat mereka semakin grogi dalam hal ini adalah penggunaan teknologi nuklir yang bisa membunuh manusia.  Implications of United States Withdrawal From The Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).

Teknologi nuklir dapat ditemukan dan dikembangkan dengan berbagai cara sekaligus sumber kecemasan, karena teknologi nuklir dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi yang melimpah atau bisa juga sebagai senjata penghancur. 

Awalnya, penelitian energi nuklir difokuskan pada aplikasi damai dan digunakan sebagai reaktor nuklir bertenaga listrik. 

Jika lembaga internasional tidak mengatur penggunaan teknologi nuklir, lebih banyak negara akan memperoleh senjata nuklir, membuat teknologi nuklir menjadi ancaman bagi perdamaian dunia. 

Akibatnya, munculnya kepemilikan nuklir oleh masing-masing negara akan menimbulkan kekhawatiran di negara-negara yang sudah memiliki senjata nuklir, atau sebaliknya, karena dianggap sebagai ancaman yang berbahaya bagi dunia. Tentu saja, ada keuntungan yang signifikan bagi negara-negara yang memiliki senjata nuklir dalam hal penerapannya. (Mikail, 2019)

Iran merupakan salah satu negara dalam daftar negara yang menggarap energi nuklir dengan tujuan untuk mengembangkannya. Sejak tahun 1953, pemerintah Iran tertarik untuk mengembangkan dan memiliki program nuklirnya. 

Pada saat itu, Iran, yang dipimpin oleh Shah Muhammad Reza Pahlavi, mendapat bantuan penuh AS di bawah inisiatif "atom untuk perdamaian", yang mencakup pakta kerja sama nuklir sipil. 

Pada tahun 1959, pemerintah Iran melanjutkan pengaturan tersebut dengan mendirikan Pusat Penelitian Nuklir di Universitas Teheran. Kemudian, pada tahun 1967, secara resmi didirikan dan dikelola oleh AEOI (Organisasi Energi Atom Iran), dan pemerintah Iran mulai mempelajari kemungkinan sumber energi alternatif non-minyak pada waktu itu. 

AS juga membantu dalam memasok bahan baku untuk program nuklir Iran, yang dimulai pada tahun 1967, termasuk 5.545 kg uranium olahan, dimana 5.165 kg adalah isotop fisil yang diperlukan untuk bahan bakar pusat penelitian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun