Bentuk hukuman dan penghargaan seperti ini, membuatku dan keempat saudaraku lebih bertanggung jawab dan menghargai waktu. Ibu sekolah pertamaku. Aku pastikan kalimat ini benar adanya. Mama tahu, kapan anak-anaknya perlu diberi hukuman dan kapan penghargaan itu diberikan. Dengan caranya, mama memberi tahu kami bahwa manusia harus memiliki rasa takut dan perlu memiliki rasa bangga.
Mama menunjukkan banyak rasa kehidupan pada anaknya sejak kecil. Sejak aku secara pribadi bahkan tak tahu harus menjadi manusia yang seperti apa. Dan, mama berperan menjadikan kami, anak-anaknya, menjadi seorang hamba dan manusia.
Sekarang, aku adalah seorang guru. Sama seperti salah satu profesi mamaku dulu. Mama yang membantu dan mengarahkanku. Sejatinya, guru adalah caraku untuk belajar seumur hidup. Aku masih belajar dan akan terus belajar untuk menjadi pribadi yang kuat dan bermanfaat.
Ma, maaf karena piring dan mangkuk yang kupecahkan. Maaf karena tak menyimpan piringnya dengan benar. Maaf karena wadah mahal mama terbakar. Terima kasih karena masih tersenyum, saat aku marah padamu, dulu. Terima kasih karena tak menuntut banyak hal dariku. Terima kasih karena masih memarahiku, mengingatkanku, memperingatkanku, meneleponku, mengirim pesan padaku. Terima kasih karena masih bertanya saat aku tak ingin bercerita, masih bertanya saat aku tak juga tiba.
Sumedang, 6 Desember 2020