Refleksi Hari Pendidikan: Efektifkah Kurikulum Merdeka Belajar dalam Memajukan Pendidikan?
Oleh: Hanifah Tarisa Budiyanti S. Ag
Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional 2024, Disdikbud (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan) Kalimantan Timur berkomitmen untuk melanjutkan program merdeka belajar sesuai arahan Kemendikbudristek. Sekretaris Disdikbud Kaltim, Yekti Utama menyampaikan komitmen merdeka belajar tersebut direalisasikan dengaan penguatan sarana prasarana sekolah. Mulai dari papan interaktif, pojok baca, serta pembagian alat musik tradisional sebagai penunjang kreativitas siswa-siswi di sekolah dan meningkatkan kemajuan sektor pendidikan di Kaltim.
Ketua MKKS SMA Disdikbud Kaltim sekaligus Kepala Sekolah SMAN 16 Samarinda, Abdul Rozak menjelaskan bahwa dirinya telah menerima paket alat musik tradisional secara simbolis dari Pj Gubernur Kaltim, Akmal Malik. Beberapa sekolah lain juga telah menerima paket alat musik tradisional. Abdul Rozak mengatakan paket alat musik tradisional ini bagus karena dapat memotivasi siswa-siswi yang menyukai seni, agar bisa meningkatkan bakatnya baik melalui musik, tari, teater, dan sebagainya.
Yekti juga menyebutkan salah satu program yang dianjurkan ada di setiap sekolah yaitu kegiatan tour museum bagi siswa dan siswi. Hal ini penting sebagai media belajar bagi mereka dan bisa menambah wawasan sejarah serta budaya bagi para pelajar. Dengan semua program di atas, harapannya pendidikan di Kalimantan Timur mengalami kemajuan secara bertahap dalam rangka menghadapi Ibu Kota Nusantara (IKN) yang mana dibutuhkan SDM yang berkualitas.
Efektifkah Kurikulum Merdeka Belajar dalam Memajukan Pendidikan?
Indikator atau standar maju mundurnya pendidikan dinilai tidak sekedar output pendidikan yang mampu terserap di dunia kerja atau berdaya secara ekonomi tapi dilihat dari karakter atau kepribadiannya. Sebagaimana kurikulum merdeka belajar telah diluncurkan oleh Menteri Pendidikan pada tahun 2020 yang memiliki beberapa tujuan, diantaranya meningkatkan kompetensi lulusan baik hard skills maupun soft skills generasi agar lebih siap menghadapi kebutuhan jaman dan menyiapkan generasi sebagai pemimpin masa depan bangsa yang unggul dan berkepribadian. Kurikulum merdeka belajar ini kemudian dipromosikan dan diterapkan secara bertahap di seluruh tingkat pendidikan yaitu dari tingkat sekolah dasar, menengah hingga perguruan tinggi.
Memang, program-program yang diadakan oleh kurikulum merdeka belajar nampak baik karena setiap programnya berambisi untuk menciptakan lulusan yang siap kerja dan dapat bersaing di dunia internasional. Lihat saja program pembagian paket alat musik tradisional yang bertujuan untuk meningkatkan seni generasi. Arahnya tentu agar generasi tertarik terjun ke industri seni dan hiburan yang terbukti menghasilkan cuan yang besar.
Namun ada hal lain yang mesti kita kritisi bersama bahwa sejatinya arah kurikulum merdeka belajar ini adalah arah untuk membentuk generasi menjadi sekuler dan liberal. Disebut sekuler karena menjauhkan peran agama dalam mencetak moral generasi dan membiarkan ide-ide liberal masuk ke dunia pendidikan seperti ide moderasi beragama, nasionalisme, toleransi yang sejalan dengan Barat, feminisme dan sebagainya.
Kurikulum merdeka belajar nampaknya juga tak mampu mencetak generasi yang bertakwa dan berkahlakul karimah. Lihat saja bagaimana kualitas moral generasi di negeri ini yang semakin hari, semakin rendah saja moralnya. Kasus bullying, pornografi dan pornoaksi, terlibat judi online, kekerasan seksual, pembunuhan, tawuran dan seabrek masalah-masalah lainnya yang menimpa generasi. Seharusnya negara fokus untuk membentuk generasi yang berkualitas dan beakhlak mulia dengan kurikulum yang membuat mereka takut kepada Allah. Bukannya hanya fokus mencetak SDM yang hanya memanfaatkan potensi demi kebutuhan industri seperti halnya target pemerintah di atas untuk menghadapi tantangan IKN.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa sudah banyak perusahaan luar negeri yang menanamkan modalnya di IKN. Lalu pada akhirnya generasi akan disibukkan dengan dunia kerja namun abai terhadap permasalahan bangsanya. Hal ini kah yang kita inginkan? Lalu bagaimana seharusnya kurikulum pendidikan untuk mencetak generasi yang berkualitas sekaligus berkarakter mulia?