Mohon tunggu...
Hanifah Salsabila
Hanifah Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Jurnalistik Universitas Padjadjaran

Hani senang membaca, menulis juga sesekali. Ia cukup tertarik dengan isu-isu lingkungan dan suka menonton pertandingan badminton dan bola basket.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Isu Lingkungan Kurang Seksi di Mata Jurnalisme, Bagaimana Menyebarkan Kepeduliannya?

24 Mei 2022   12:00 Diperbarui: 24 Mei 2022   12:03 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu cuitan berisi ajakan #LetTheEarthBreathe. Dok. pribadi


Tagar Let The Earth Breathe ramai diperbincangkan oleh pengguna internet di seluruh dunia, termasuk Indonesia beberapa waktu yang lalu. Tagar ini digunakan setelah video Peter Kalmus, seorang Climate Scientist NASA menyuarakan keresahannya tentang keadaan Bumi yang kian memburuk. Dalam video tersebut, Kalmus dan rekan ilmuwan lainnya merantai tangannya di gagang pintu Chase Bank, Los Angeles, Amerika Serikat pada Kamis (7/4).  Kalmus mengatakan, "I've been trying to warn you guys for many decades, that we're heading into catastrophe. And we've been being ignored. The scientists of the world end up being ignored. And it's gotta stop. We're gonna lose everything."

Cuitan-cuitan berisi ajakan untuk menyelamatkan Bumi diunggah oleh pengguna warganet menggunakan tagar tersebut hingga mencapai trending topic. Namun, dari sekian banyak cara yang dibagikan tentang apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan Bumi, warganet berfokus pada satu hal, yaitu menghapus email tidak penting. Warganet ramai-ramai melakukan hal tersebut dan memamerkannya melalui cuitannya, mengajak orang-orang untuk melakukannya juga, mengatakan bahwa ini adalah hal paling sederhana yang bisa dilakukan untuk membantu para ilmuwan yang telah berusaha memberitahu bahwa Bumi tidak lagi baik-baik saja.

Menurut Kepala Divisi Unpad Hejo, Departemen Lingkungan Hidup, BEM Kema Unpad 2021, Kyara Kelsha, masyarakat menganggap dua hal tersebut adalah yang paling mudah dilakukan terjadi karena kehidupan manusia yang tidak lepas dari teknologi digital. Kelsy mengatakan, "Karena kita hidup di dunia yang teknologinya udh maju, serba digital, jadi orang-orang merasa kalau menghapus email itu adalah langkah kecil dan lebih mudah dilakukan."

Di sinilah jurnalisme melangkah masuk. Jurnalisme bisa menjadi agen yang meluruskan anggapan masyarakat tentang aksi menghapus email tidak penting ini, melalui proses konfirmasi dan verifikasi. Seperti yang dikatakan Direktur Eksekutif WALHI Jawa Barat Meiki Wemly Paendong, "Jurnalis perlu mencari pembanding dari inovasi teknologi dan dampaknya terhadap lingkungan, agar tulisannya tetap berimbang, dan berkualitas."

Seorang aktivis lingkungan mengatakan ia melihat isu lingkungan dalam jurnalisme dinilai kurang seksi dan menarik untuk dibicarakan. Terbukti dalam penerapannya, media Indonesia, terlebih lagi media daring, hampir tidak ada bedanya dengan warganet yang membagikan tahap-tahap menghapus email tidak penting dengan jumlah banyak dalam waktu singkat. Hanya ada beberapa media yang melakukan konfirmasi dan verifikasi. TribunNews adalah salah satu media yang melakukan verifikasi kepada seorang pakar sains data Universitas Airlangga Muhammad Noor Fakhruzzaman. Sedangkan Kompas menyantumkan pernyataan Chris Priest, seorang profersor di bidang Sustainability and Computer System Universitas Bristol.

Kabar baiknya, masih ada media Indonesia yang membahas lebih lanjut tentang apa yang bisa dilakukan masyarakat untuk menyelamatkan Bumi selain menghapus email. Media tersebut adalah jakartastudio dan momsmoney.id yang mungkin masih terdengar cukup asing bagi masyarakat. Jurnalisme seperti inilah yang disebutkan Meiki yang harusnya diterapkan.

Sayangnya, menurut beberapa warganet, mereka lebih sering terpapar informasi tentang lingkungan melalui media sosial, bukan dari pemberitaan. Beberapa orang sering membaca informasi tentang dampak perubahan iklim ketika informasi tersebut sudah menjadi trending topic. 

Media pemberitaan memang berperan penting dalam menafsirkan hasil penelitian yang dilakukan ilmuwan agar dapat dipahami masyarakat, tetapi, media pemberitaan juga memerlukan bantuan media sosial agar hasil penelitian itu bisa benar-benar sampai ke masyarakat dengan pendekatan yang berbeda. Seperti yang dikatakan Kelsy, "Kalau mau menyebarkan awareness (terhadap lingkungan) awal tuh lewat berita dulu, baru didorong lewat media sosial."

Bagi Kelsy yang memiliki perhatian khusus pada lingkungan dan memiliki cukup pengalaman dalam mengelola media kelingkungan, ada cara tersendiri untuk menyebarkan kepedulian melalui platform sendiri. Hal pertama yang harus dilakukan seseorang untuk menyebarkan kepedulian tersebut adalah memulai dari diri sendiri, kemudian mendokumentasikannya. Ini diperlukan untuk kemudian dipublikasikan ke media sosial. Ada satu hal yang perlu diingat, menurut Kelsy dalam mempublikasikannya, "Bukan tentang senang-senang atau manfaatnya aja, tapi perlihatkan juga pain points yang kita alami. Karena kalau dengan kita share pengalaman pribadi, bakal terkesan lebih trustworthy dibanding konten-konten biasa kayak infografis saja."

Apa yang dikatakan Kelsy adalah bentuk nyata dari pernyataan Meiky sebagai penutup dalam Talkshow Parade Jurnalistik sebagai bagian dari rangkaian acara Epicentrum Unpad 2022 pada Selasa (17/5). Talkshow ini mengangkat tema Encouraging the Society to Understand Climate Change Matters Through Science Journalism. Ia berkata, "Jangan pernah berhenti menyuarakan isu tentang lingkungan dan dampak perubahan iklim. Karena isu ini adalah isu selamanya. Kita hidup di lingkungan, jadi jelas itu dinilai penting. Kalau tidak konsisten, isunya akan kalah dengan isu-isu lainnya seperti politik."

Sebagai tambahan informasi, terdapat beberapa media non-berita Indonesia yang memberikan berbagai informasi tentang lingkungan dengan cara yang unik dan menarik. Di antaranya adalah greenwelfare.id, lyfewithless, hingga yang paling dekat dengan mahasiswa, khususnya mahasiswa Universitas Padjadjaran, ada Unpad Hejo. Media-media tersebut dapat ditemukan di media sosial Instagram.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun