Mohon tunggu...
Hanifah Nurul Auliya
Hanifah Nurul Auliya Mohon Tunggu... Creative Writer

Pemuda yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Satu Tiket Rindu Menuju Yogyakarta

22 Maret 2025   13:38 Diperbarui: 16 April 2025   11:19 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : pinterest/auntenticblue

"Nak Rendi, Ibu kangen kepadamu.."

Pesan itu sudah masuk dua kali ke dalam handphone-nya. Rendi duduk dengan gusar di bangku kampusnya sambil menatap layar handphone-nya dengan malas. Penjelasan pelajaran Ilmu Dasar Komunikasi yang dijelaskan oleh dosennya di depan kelas terasa sangat membosankan. Pikiran Rendi kalut, sudah dua tahun dia tidak balik ke kampung halamannya di Jogja sejak tahun 2023. Sejak momen yang paling menyakitkan terjadi di kota itu, dan membuat arti rumah bagi Rendi terasa kacau. Ya, momen dimana ibunya menikah lagi dengan pria lain. Hal itu terjadi setelah momen menyakitkan lainnya terjadi di kehidupan Rendi, yaitu ketika Ayah dan Ibunya bercerai pada tahun 2022. Kini, Ayah Rendi memilih pergi merantau bekerja ke luar negeri. 

"Ibu tunggu kamu pulang ya, Nak. Ibu kangen."

Pesan itu dibacanya lagi. Rendi memang memiliki hubungan yang buruk dengan sang Ibu. Dia benci dengan suami barunya sang ibu, dia benci dia tidak memiliki keluarga yang utuh. Selama ini, Rendi malah lebih dekat dengan Ayah, karena Ayahnya selalu mengirimkan uang bulanan kepadanya untuk kebutuhan kuliah di Jakarta. 

"Pelajaran sudah selesai, silahkan kalian boleh pulang," ucap dosen muda cantik berkacamata di depan. Meskipun cantik, tidak menarik hati Rendi untuk mendengarkan pelajarannya, dan fikirannya kalut dengan pesan dari Ibunya itu. 

Sampai kos, dia bertemu dengan Chandra, teman satu kosnya yang merantau juga dari Solo. 

"Kamu tak pulang kampung lagi kah, Ren?" tanya Chandra peduli. 

"Tidak tahu nih, Chan. Aku bingung, Ibu menyuruhku pulang, tapi aku masih tidak bisa menerima keadaan itu."

Chandra menghampiri Rendi yang duduk di seberangnya. Saat ini mereka sedang berada di ruang makan, hendak menunggu waktu berbuka puasa. Di depan mereka sudah ada berbagai macam gorengan dan es kelapa. 

"Ren, kamu harus memaafkan Ibumu, bagaimana pun juga dia adalah ibumu. Dia adalah orang yang telah melahirkan kamu." Chandra menatap dua bola mata Rendi yang tampak kosong. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun