"ngga buru-buru pulang kan?"
"kak, aku harus katakan ini sama kamu. Please, jangan bohongin perasaanmu. Matamu berkata kau ingin mengetahui semuanya"
Aku hanya menghela nafas, kemudian tersenyum. Memberikan waktu lebih banyak kepada lawan bicaraku untuk berbicara.
"namanya Anita, dia teman sekelasku. Dari ceritanya dia memang sudah lama menyukai kak Dito"
"kemarin Dito datang ke rumah. Namun buru-buru pergi setelah mendapat notif dari seseorang. Aku ngga sempat membukanya, tapi aku liat dari notifnya pesan masuk itu dari Anita"
"benar, Anita bilang kak Dito menemuinya di kostannya lalu pergi bersama makan siang"
Tanpa sadar air mataku menetes, hatiku rasanya seperti ditusuk jarum. Mendengar kenyataan bahwa seseorang yang kucintai telah berbohong padaku. Aku mencoba tenang dan menganggap semua ini hanya kecemasanku saja. Dito masih milikku.
Aku mengeluarkan ponselku, mencoba mengirim pesan pada Dito. Daripagi tidak ada satupun pesan darinya seperti biasanya. Hal yang sangat asing bagiku. Mengingat setiap hari Dito tidak pernah absen mnegirimiku pesan meski hanya ucapan selamat pagi.
Aku mengusap air mataku dan mencoba tegar mengetahui kenyataan pahit yang harus aku telan. Jarum jam menunjukkan pukul 4 sore, aku memutuskan untuk tidak terlalu banyak mencari tahu sebelum aku tanyakan kebenarannya pada Dito.
"ada satu hal lagi yang harus diketahui, bahwa Anita telah memiliki pacar namanya Agung"
"ada lagi?" kataku penasaran.