No response again. Tidak biasanya dia membalas pesanku begitu lama. Aku tau betul dia adalah manusia yang susah tidur dimalam hari. Biasanya kami chattingan sampai larut malam.
Sampai pagi dia tidak menjawab pesanku. Karena hari ini adalah hari libur, aku memutuskan untuk tetap berada di kamar sampai waktu yang belum ditentukan. Aku terus menunggu berharap dia tidak mengiyakan keinginanku.
Kumohon ini hanya caraku menyampaikan bahwa aku tidak sedang baik-baik saja. Aku ingin tetap bersamamu tapi aku membenci diriku sendiri karena tidak bisa mendapatkan hasil ujian yang memuaskan. I need your support.
Jarum jam menunjukkan tepat pukul sembilan. Terdengar suara mesin motor yang tidak asing ditelingaku. Aku beranjak dari tempat tidur, ingin memastikan bahwa itu benar-benar kamu. Tapi aku urungkan niatku untuk melihatmu. Egoku masih berkata tidak usah temui kamu. Bukankah aku yang menginginkan perpisahan itu terjadi?
Tok... tok
"Non, ada mas Dito di luar"
Terdengar suara Bude dari luar pintu kamarku. Akhirnya pertahananku runtuh, aku tak kuat menahan rasa ingin berjumpa dengannya. Segera aku membuka pintu kamarku.
"iya bude, Lisa segera keluar" kataku lemas. Meski tidak melihat matanya, aku merasa bude tersenyum sambil melihat diriku yang lusuh ini. Tanpa berkata apa-apa lagi bude sudah paham apa yang harus dia lakukan. Bude tidak akan menginterogasi atau menyuruh aku berbenah diri untuk menemui Dito.
Bude adalah orang yang menggantikan peran mamah selama mamah bekerja di luar kota. Mesti tidak ada ikatan darah, lebih sopan aku memanggilnya bude daripada panggilan lain seperti mbak,mbok,dan lain sebagainya.
"ada apa Dit?" tanyaku sambil memainkan ponsel tanpa melihat wajahnya.
"duduk dulu sini, aku ngga mau putus" katanya pelan.