Mohon tunggu...
hanifa hafiza
hanifa hafiza Mohon Tunggu... mahasiswa -

because I love my mother, wherever I am I will fight for her happy

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tentangku dan Mereka

2 April 2018   23:50 Diperbarui: 3 April 2018   00:02 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Semua kembali ke rasa, tidak cukup hanya dengan ucapan dan asa

Gunung tak pernah terucap bahwa ia besar

Bintang tak pun tak pernah berkata bahwa ia tinggi

Sungguh mereka tak pernah sibuk dengan sebuah pengakuan

Mereka besar dan tinggi tanpa harus bersusah payah menyakinkan manusia tentang dirinya"

Ntahlah mungkin aku berbeda dari anak-anak lainnya. Dari dulu aku merasa asing dengan kebiasaan yang sering ku lakukan. Aku yang di beri Tuhan anugerah yang tak semua orang memahaminya. Aku di beri kepekaan dalam membaca mimik muka dan cara bicara seseorang dari jauh bagi seseorang yang mengenalku.

Aku tau semua tentang apa yang mereka bicarakan tentangku. Seperti ada yang membisikkan ditelingaku bila mereka sedang berbicara tentangku. Bila di logikakan semua itu tidak mungkin pernah ada.  Akan tetapi semua yang terbisik di telingaku benar terjadi.

Bagiku itu sebuah privasi untuk diriku sendiri. Tak satupun orang tau tentang kelebihanku. Terkadang mereka memancingku untuk berbicara tentang semua yang aku tau. mereka tak peduli kepadaku hanya penasaran saja. Tapi mereka orang-orang yang ku anggap teman, tapi ntahlah mereka anggap aku siapa.

Mereka bilang bila aku berbicara terkadang tak dapat dipahami orang lain. Tapi menurutku mereka saja yang tak pandai memahamiku. Aku pandai memahami mereka dengan cara yang ku anggap wajar. Mereka tau aku bukan asli jawa, aku dari pulau sumatera yang biasa memakai bahasa melayu di rumah. Akan tetapi aku mencoba belajar bahasa jawa secepat mungkin untuk mengakrabkan diri kepada mereka meskipun bahasaku masih kurang  faseh.

Aku senang berada di tengah-tengah orang yang sering membicarakanku. Mereka berbicara semaunya sendiri, tanpa memperdulikan perasaanku. Aku yang tak punya hak melarang mereka, lagi pula buat apa melarang seseorang yang tak ingin di larang. Biarlah ini menjadi dosa mereka dan jadi pahala untukku. Tak ada yang dapat mempertanggung jawabkan di dunia apa yang mereka bicarakan.

Akan tetapi ada seseorang yang sering bersamaku saat ini, orang yang ku anggap seperti saudara kandungku. Ntah mengapa dia tau tentangku, sedikit-sedikit dia mulai memancingku untuk berbicara. Tak biasanya akupun luluh dengan pancingannya. Mulai dari yang ku tau tentangnya hingga tentang orang lain yang sering membicarakanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun