Mohon tunggu...
Hanifa Fijriah
Hanifa Fijriah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Furnitur Fleksibel sebagai Pilihan Pengolahan Ruang Komunitas dengan Lahan Terbatas

26 Mei 2018   15:52 Diperbarui: 26 Mei 2018   16:10 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kampung kota merupakan salah satu tipe kawasan pemukiman yang ditemui di lingkungan perkotaan. Memiliki karakter yang tidak jauh berbeda dengan fenomena kampung di kawasan pedesaan, kampung kota sering kali memiliki sarana dan prasarana yang kurang memadai, serta dihuni oleh masyarakat golongan menengah bawah. Belum lagi ruang yang dapat diolah untuk kemasyarakatan pun terbatas seiring pembangunan perkotaan. Namun, dibalik itu semua, masyarakat yang menghuninya memiliki ikatan sosial yang ditinggi dan diwarnai oleh kegiatan komunal yang beragam dan intensitas yang tinggi pula.

Pengolahan fasilitas lingkungan merupakan salah satu indikator kesejahteraan warga dalam bermukim. Berkenaan dengan kondisi tersebut, pengolahan ruang komunal dalam lahan terbatas menjadi salah satu kebutuhan yang perlu diakomodasi dengan kreativitas yang tinggi. Inilah yang coba dikembangkan oleh Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) dalam program pengabdian masyarakat bertajuk "Rural Studio: Aplikasi Ruang Komunal Fleksiel " yang didukung penuh oleh hibah dari Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia (DRPM UI). Bapak Dalhar Susanto, salah satu dosen di Departemen Arsitektur FTUI sekaligus pengusul program ini pun menyampaikan bahwa "Manusia hidup dalam perubahan, begitu pula dengan arsitektur yang hadir dalam situasi yang selalu berubah. Karena manusia yang menghuninya berubah, kemudian lingkungan yang disekitarnya pun berubah. Untuk itu, pendekatan arsitektur yang statis menjadi tidak tepat lagi. Maka, eksperimen arsitektur yang fleksibel menjadi kebutuhan yang tidak dapat dihindari".

Yang membedakan dengan renovasi fasilitas umum pada umumnya adalah program ini melibatkan kolaborasi dengan banyak pihak, baik warga, mahasiswa, akademisi, serta praktisi. Warga ikut serta pada proses pengajuan ide ruang komunal mereka. Program ini dikembangkan di Balai Serba Guna Kampung Palsigunung RW 03, Kelurahan Tugu, Cimanggis, Depok.

Sebagai ruang komunal yang digunakan beragam kegiatan, desain Aula RW 03 perlu mengakomodasi seluruh penggunanya. Seperti yang diungkapkan Ibu Nunik Anita Sari, Ketua RW 03, Kelurahan Tugu bahwa "Program Ruang Komunal Fleksibel, sebuah program teman-teman dari FTUI yang diaplikasikan di Aula RW 03 adalah program yang bersinergi dengan program yang ada di RW 03. Bagaimana mengolah agar penggunaan Aula untuk beberapa kegiatan tidak saling mengganggu.  Setiap hari PAUD beroperasi, hari Sabtu ada senam, dan juga dipergunakan untuk pengajian dan kegiatan PKK serta kegiatan lainnya".

Pada jalannya, tim pengabdi mengajak pengguna untuk terlibat secara aktif selama proses desain fasilitas umum mereka. Pada tahap awal, dilakukan kegiatan berbentuk workshop untuk dapat mengemukakan pendapat, usulan, serta sudut pandangnya sebagai pengguna, sehingga desain yang dihasilkan pun berbasis pada konteks lokal mereka. Semua hal tersebut dijadikan sebuah peta konsep dasar dalam proses desain. Peta konsep ini merupakan salah satu bentuk partisipasi warga selama proses desain, sehingga diharapkan dapat mengeratkan emosional positif antara warga dengan fasilitas umumnya.

Kolaborasi Warga dan Mahasiswa
Kolaborasi Warga dan Mahasiswa
Proses Diskusi Mengumpulkan Ide Desain Ruang Komunal
Proses Diskusi Mengumpulkan Ide Desain Ruang Komunal
Kolaborasi antara mahasiswa dan warga pun menjadi lebih terlihat pada proses desain. Mahasiswa dari matakuliah Tektonik Arsitektur melakukan eksperimen sistem yang dapat bersifat fleksibel. Dari peta konsep tersebut, mahasiswa mengolahnya menjadi 3 furnitur fleksibel. Desain tersebut pun didiskusikan kembali dengan warga, sebagai pengguna.

Tiga furnitur yang dibuat memiliki kemampuan berubah bentuk, posisi, serta fungsi. Fungsi-fungsi yang bisa berubah adalah sebagai meja dan kursi, tempat penyimpanan, serta partisi. Rakepo merupakan sebuah partisi yang menggunakan fitur untuk dapat didorong dan tersimpan di salah satu sisi ruangan dengan menggunakan mekanisme gunting. Ketika terbuka, partisi tersebut dapat membagi ruangan antara ruang guru dan ruang kelas, sekaligus berfungsi menjadi tempat penyimpanan tas murid-murid. Dua furniture lainnya adalah Le Mari dan Mulable. Keduanya memiliki fungsi sebagai lemari penyimpanan barang serta meja dan kursi yang dapat tersimpan ke dalam dirinya sendiri. Le Mari dengan mekanisme rotasi dan Mulable dengan mekanisme lipat menjadikan keduanya efektif untuk menyimpan furniture dengan cepat, rapih dan tenaga yang minim. Ini menjadikan ruangan menjadi lebih luas dengan mudah ketika pengguna membutuhkannya.

Salah satu furnitur Fleksibel sebagai efisiensi ruang penyimpanan
Salah satu furnitur Fleksibel sebagai efisiensi ruang penyimpanan
Setelah desain direalisasi, terlihat peningkatan jumlah ruang efektif yang dapat digunakan dan disesuaikan berdasarkan kegiatannya. Ketika PAUD membutuhkan ruang kelas yang terbagi, maka sebuah partisi direnggangkan dan penutup lemari dapat difungsikan sebagai papan tulis. Ketika kegiatan pertemuan warga yang melibatkan jumlah hadirin lebih banyak, maka meja ruang guru dapat dilipat dan disimpan ke dalam lemari, partisi dapat dirapatkan, dan penutup lemari dapat difungsikan sebagai meja penyuguh makanan. Fitur-fitur inilah yang selain menarik juga dapat memiliki fungsi lebih banyak. Kepala Sekolah PAUD Merpati, Ibu Anti pun mengutarakan pendapatnya "Alhamdulillah, ruangan yang tadinya belum tertata rapi,  setelah mendapatkan bantuan berupa lemari-lemari menjadi tertata dengan rapi. Ruangan pun menjadi lebih luas dan anak anak dapat bergerak dgn lebih leluasa dan aman".
Mekanisme perubahan yang dapat dilakukan Le Mari
Mekanisme perubahan yang dapat dilakukan Le Mari
Mekanisme “gunting” untuk mengubah ukuran pada Rakepo
Mekanisme “gunting” untuk mengubah ukuran pada Rakepo
Pintu pada Mulable, dapat dilipat sehingga menjadi kursi dan meja bermain
Pintu pada Mulable, dapat dilipat sehingga menjadi kursi dan meja bermain
Ruangan yang semula bersifat statis pun berganti menjadi lebih dinamis. Beberapa area yang tadinya tidak pernah disentuh dan diam Karena diberi sekat, menjadi terjamah dan mampu berubah fungsi sesuai kebutuhan kegiatan. Oleh Karena itu, walaupun bangunan yang digunakan tetap bangunan yang memiliki sama besar, namun dapat mengakomodasi lebih banyak kegiatan dalam berbagai karakter. Penambahan beberapa furniture yang bersifat fleksibel lah yang menjadikan bangunan tersebut dapat beradaptasi sesuai kegunaannya.

 

Link Publikasi Video:

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun