Mohon tunggu...
M. Hanif Dhakiri
M. Hanif Dhakiri Mohon Tunggu... Buruh - Aktivis

Orang biasa yang berusaha menjadi luar biasa untuk orang lain dan bangsa. . . Menteri Ketenagakerjaan RI 2014-2019. Wakil Ketua Umum DPP PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) 2019-2024 Bidang Ideologi dan Kaderisasi. Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB IKA-PMII). . . Live well, rule well, die well.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Cak Imin dan Kiai Said

12 Maret 2020   07:53 Diperbarui: 12 Maret 2020   07:56 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Disclaimer:
Ini catatan harian yang konteks penulisannya sesuai dengan waktu tulisan ini dibuat. Mudah-mudahan saja masih ada manfaatnya. Terima kasih.

*

Peringatan Nuzulul Qur'an di Kantor DPP PKB dihadiri Prof. Dr. KH. Said Aqil Siraj, Ketua Umum PBNU. Momen ini menarik karena sesaat sebelumnya posisi PKB dan Kiai Said berseberangan. Dalam Pilpres 2014 ini, PKB menjadi partai pengusung pasangan Capres/Cawapres Jokowi-JK, sementara Kiai Said secara pribadi mendukung pasangan Prabowo-Hatta. Nahdlatul Ulama (NU) secara organisasi tidak mengambil sikap politik dan membebaskan warganya memilih Capres/Cawapres yang dipandang tepat.

Tapi malam peringatan Nuzulul Qur'an di PKB tidak menyinggung sama sekali, apalagi membahas masalah itu. PKB dan Kiai Said sama-sama paham posisi masing-masing. Tidak saling mempersoalkan, tidak saling mengadili pilihan politik masing-masing. Pidato Cak Imin selaku Ketua Umum PKB sama sekali tidak menyinggung posisi politik yang berbeda antara Kiai Said dan PKB. Demikian juga dengan Kiai Said. Seolah keduanya sama paham bahwa kepentingan besar keduanya sama. Hanya cara dan pilihannya saja yang berbeda dalam konteks Pilpres.

Dalam pidatonya, Cak Imin memperkenalkan visi baru PKB kepada Kiai Said. Visi yang akan diluncurkan saat Muktamar PKB akhir Agustus mendatang itu disebutnya sebagai "membangun politik rahmatan lil'alamin". PKB hendak menjadi rahmat, menjadi berkah bukan saja buat Islam dan Indonesia, tetapi lebih dari itu untuk seluruh alam semesta.

Mengutip Qur'an Surat Ibrahim ayat 24, Cak Imin mengibaratkan PKB sebagai pohon yang baik (sajarotin toyyibatin, a goodly tree) yang akarnya kokoh (asluhaa tsabit, its root set firm) dan cabang-cabangnya menjulang ke langit (wafar'uhaa fissama, its branches reach to the sky). Pohon yang seperti itu, kata Cak Imin, adalah pohon yang bermanfaat. Buahnya muncul di setiap musim dan memberikan manfaat pada dunia.

Begitulah gambaran PKB masa depan dlm pemikiran Cak Imin. Berakar pada tradisi pemikiran dan politik NU, tetapi memiliki performa modern dan menjangkau lapisan masyarakat yang kosmopolit. Kuat memegang tradisi kebudayaan Islam Indonesia dan memiliki jangkar politik ke komunitas paling tertindas di republik, tetapi bisa diterima di kalangan masyarakat modern perkotaan dan komunitas sosial lain yang multikultural.

Pada saat memberikan tausiyah Nuzulul Qur'an, Kiai Said melengkapi gagasan Cak Imin seputar visi PKB masa depan. Menurut Kiai Said, PKB memang harus menjadi pohon yang kokoh dan baik. Oleh karenanya, gerak politik PKB harus dilengkapi dengan misi kemaslahatan umat. Tanpa itu, relevansi PKB dengan persoalan kemasyarakatan dan kebangsaan akan sulit diwujudkan.

Dengan merujuk pada Qur'an Surat an-Nisa 114, Kiai Said menggariskan misi perjuangan PKB ke dalam tiga wilayah pokok. Pertama, menggerakkan sedekah melalui kebijakan publik (amaru bisodaqotin). Kedua, menyeru kepada kebajikan publik (amaru bima'rufin). Ketiga, mengokohkan solidaritas kemanusiaan (islah baina an-naas).

Menggerakkan sedekah dalam pemikiran Kiai Said adalah meningkatkan kualitas kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat melalui kebijakan publik yang berpihak kepada mereka yang lemah (mustadh'afin, the oppressed). Isu-isu seperti pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, kedaulatan pangan dan energi, pemerataan kemakmuran hingga pemberantasan korupsi masuk pada wilayah ini. Kebijakan yang baik dan berpihak pada kepentingan rakyat adalah sedekah politik yang dampaknya bisa langsung dirasakan oleh masyarakat.

Menyeru pada kebajikan publik ditujukan untuk menata sistem ketatanegaraan secara keseluruhan, sehingga dapat mendorong warga negara melakukan kebajikan dan mencegah mereka dari melakukan hal-hal yang melanggar norma agama maupun hukum. Termasuk dalam hal ini juga adalah penataan sistem pendidikan yang berorientasi pada penguatan karakter dan kepribadian bangsa. Kiai Said percaya bahwa bangsa yang kuat adalah bangsa yang ditopang oleh karakter yang kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun