Mohon tunggu...
Hanggito Primardi
Hanggito Primardi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Freelancer

Semoga artikel yang saya buat bisa bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tayangan Televisi Zaman Sekarang dan Dampaknya pada Anak

16 Oktober 2021   11:15 Diperbarui: 16 Oktober 2021   11:47 2287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak yang sedang menonton tayang televisi (pixabay.com)

Televisi (TV) merupakan salah satu media massa yang paling tepat untuk menjangkau massa. Bagaimana tidak? Hampir setiap rumah tangga pasti memiliki setidaknya satu TV. Hal tersebut menjadikan TV mampu menjangkau segala kalangan masyarakat, mulai dari kalangan bawah hingga atas.

Di Indonesia, TVRI menjadi saluran TV pertama yang memprakarsai lahirnya media massa TV pada tahun 1962 (TVRI, 2021). Telah 68 tahun lamanya televisi hadir bersama masyarakat Indonesia. Jika pada awal  kehadiran TV hanya ada TVRI sebagai satu-satunya saluran TV di Indonesia yang memonopoli penyiaran televisi Indonesia hingga tahun 1989, lain halnya kini telah hadir beragam saluran Televisi yang dapat dipilih sesuai selera masyarakat.

Di masa sekarang ini, eksistensi TV masih tetap kokoh walaupun sudah ada internet dan media digital lainnya. Perkembangan TV juga sudah semakin canggih. Banyak orang mulai berpindah dari TV analog ke TV digital. Tentu saja, terdapat beberapa keuntungan menggunakan TV digital, antara lain kualitas video yang jernih dan mendapatkan 31 channel (Kompas.com, 2021).

Sebagai media massa, sejatinya TV memiliki beberapa fungsi. Salah satunya adalah untuk menyebarluaskan pengetahuan atau dengan kata lain sebagai media edukasi. Walaupun secara umum ditujukan bagi edukasi seluruh masyarakat, namun fungsi edukasi ini akan sangat berpengaruh pada anak-anak yang mana masih dalam tahap tumbuh kembang.

Nominasi pemenang anugerah penyiaran ramah anak 2020 (KPI, 2020)
Nominasi pemenang anugerah penyiaran ramah anak 2020 (KPI, 2020)

Fungsi edukasi tercermin dari tayangan-tayangan yang ditampilkan. APRA (Anugerah Penyiaran Ramah Anak) yang diselenggarakan oleh KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) pada tahun 2020 lalu dapat memberikan gambaran wajah pertelevisian Indonesia yang ramah anak (KPI, 2020). APRA merupakan bentuk apresiasi tertinggi bagi lembaga penyiaran, TV dan Radio, yang telah menghasilkan tayangan yang ramah anak. Beberapa program tayangan seperti Laptop Si Unyil, Si Bolang, Upin Ipin, Dubi Dubi Dam, dan Dunia Anak sukses menyabet posisi pemenang pada ajang APRA ini.

Namun, dewasa ini masihkan TV menjalankan fungsi edukasinya bagi anak? Masihkan TV ramah anak? Sebagaimana dilansir dari Voa (voaindonesia.com, 2021), konten tayangan TV Indonesia menuai banyak kritik dari masyarakat terkait konten siarannya yang dianggap tak ramah anak. Kritikan ini sebagai imbas dari penayangan beberapa sinetron yang menampilkan perilaku amoral seperti melegalkan pernikahan dini dan menggunakan aktor usia dini untuk memainkan peran dewasa. Perilaku tersebut dapat menanamkan pemahaman yang keliru bagi masyarakat -terkhusus bagi anak- seperti mewajarkan perilaku buruk. Hal ini tentunya selaras dengan fungsi TV sebagai media massa, yakni membentuk perilaku dan budaya dalam masyarakat terlebih pada struktur kognitif, moral dan psikologi anak-anak yang masih dalam proses pertumbuhan dan perkembangan.

Para pakar penyiaran juga ikut berpendapat terkait pertelevisian Indonesia. Mereka berdiskusi bersama KPI di dalam Diskusi Kelompok Terpumpun (Focus Group Discussion) Panel Ahli Survei Indeks Kualitas Siaran Televisi Periode I yang diselenggarakan di Hotel Aston Harper, Bandung, tahun 2019 lalu. Mereka berpendapat bahwa alangkah lebih baik bila siaran dan tayangan tidak hanya sekedar memenuhi standar penyiaran KPI saja. Melainkan, perlu mempertimbangkan pula pengaruh etika dan moral terhadap penonton (unpad.ac.id, 2019). Para ahli berpandangan bahwa beberapa tayangan seperti sinetron, variety show, dan infotainment memberikan dampak yang kurang baik.

Memang berdasarkan riset indeks kualitas program siaran anak yang dilakukan KPI pada tahun 2019 (KPI, 2019), program Anak menempati posisi diatas standar berkualitas. Namun secara keseluruhan program TV porsi program anak masih sangat kecil dibandingkan dengan program TV lainnya yakni hanya 40 program atau turun hingga 41% dalam rentang tahun 2009-2018. Padahal pemenuhan kebutuhan program anak yang bermutu sangatlah diperlukan (KPI, 2018). Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Bintang Darmawati juga menyayangkan sedikitnya media yang menyediakan tayangan khusus anak-anak. Jumlah tayangan kategori usia semua umur yang ramah anak juga masih jauh lebih rendah dari jumlah penonton anak sehingga anak-anak malah cenderung menonton tayangan yang tidak sesuai dengan usia mereka (KPI, 2021a).

Ilustrasi orang tua yang menemani aktivitas menonton televisi anak-anak (freepik.com)
Ilustrasi orang tua yang menemani aktivitas menonton televisi anak-anak (freepik.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun