Mohon tunggu...
Hangger Risang Rachmaputra
Hangger Risang Rachmaputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Salam kenal kawan, semoga hal-hal baik selalu menyertai kalian!

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 20107030042

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Dari Coba-coba jadi Cuan, Bisnis Cuci Sepatu

21 Juni 2021   14:18 Diperbarui: 22 Juni 2021   10:16 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri : bersama Mas Kayyis dan Mas Aldi

Pandemi Covid-19 nampaknya membuat semua aspek kehidupan menjadi berpengaruh, tak terkecuali membuat beberapa UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) banyak yang mengalami penurunan pendapatan secara signifikan, terpaksa harus merugi dan bahkan ada yang harus gulung tikar.

Berangkat dari kegelisahan mereka berdua,  mau ngapaian ya setelah lulus SMA? minta uang sama orangtua juga udah gaenak dan dilain sisi pembelajaran kuliah juga masih online.

Semakin sulitnya mencari pekerjaan dimasa pandemi, ingin belajar mandiri, serta dapat membagi waktu dengan dunia perkuliahan/hal lain dan kurang suka diatur oleh atasan, hal itulah yang menjadi alasan utama kedua teman saya Mas Aldi dan Mas Kayyis untuk merintis usaha bisnis cuci sepatu.

Sebenarnya, rencana awal jasa pencucian sepatu ini adalah selepas masa UTBK ditahun 2020 namun pandemi yang terjadi membuat mereka berdua memutar otak kembali. Karena, menurut mereka di awal-awal masa pandemi masyarakat/pasar yang akan mereka tuju pastinya akan cenderung tidak memilih jasa laundry sebagai pilihan dan lebih baik untuk mencuci sendiri di rumah karena kemungkinanannya bisa tertular virus. Dengan kata lain masyarakat luas masih parnoan dengan pandemi yang terjadi disekitarnya. Berjalannya waktu, masyarakat kembali ke era new normal oleh karena itulah kedua teman saya tersebut akhirnya sepakat untuk membuka bisnis cuci sepatu pada bulan September tahun lalu.

Dokpri : proses repaint sepatu.
Dokpri : proses repaint sepatu.

"Bisnis cuci sepatu di Yogyakarta sendiri sudah cukup populer di tiga tahun terkahir ini Mas dan yang menjadi sasaran utama kami adalah para kawula muda baik itu pelajar, mahasiswa maupun karyawan. Namun, tak jarang juga  biasanya sepatu milik ibu atau bapak teman saya yang sudah menjadi langganan juga sering kami layani pencuciannya, alhamdulillah buat tambah-tambah uang jajan." Ucap Mas Aldi sambil tertawa.

Lewat populernya bisnis ini bisa diartikan dewasa ini para generasi milenial nampaknya sudah mempunyai kecakapan pengetahuan dan kesadaran untuk memiliki sepatu original. Banyak dari teman bahkan kita sendiri setuju dengan pendapat ini, bahwa lebih baik membeli produk lokal sekalipun harganya berada dibawah produk luar  daripada merk luar namun ternyata barang kw.

"Slogan #localpride saat ini juga makin sering digaungkan terutama di media sosial, sebuah hal yang membanggakan tentunya jika sepatu lokal bisa maju dan berkembang di rumahnya sendiri, para pecinta sepatu lokal pun kini semakin menghargai sepatu mereka, dan menjadi bagian dari personality masing-masing pemakainnya." Tutur Mas Kayyis dengan senyuman.

Dengan menggunakan barang yang original, para pemakaiannya pun tentu lebih bisa menghargai, berhati-hati dalam menjaga dan merawatnya supaya tetap awet.

"Masing-masing dari jenis sepatu itu mempunyai ciri khasnya sendiri-sendiri Mas, misalnya berbahan dasar kanvas nah ini mudah banget kotor cara jemurnya pun juga beda jangan langsung terpapar sinar matahari cukup diangin-anginkan saja, lalu yang dari kulit itu biasanya lebih mahal dari yang lain. Selain  itu, cara bersihkannya juga beda dan sudah jadi rahasia pabrik dari kita kalau caranya seperti apa hehehe... lain halnya kalau yang sneakers itu kebanyakan berbahan denim itu sudah beda lagi, kalau yang dari ibu-ibu itu sering kami menemukan yang berbahan dasar patent itu sih Mas yang sering kami jumpai. Namun tak jarang, juga ada satu atau dua sepatu yang berbahan dasar suede, nubuck nah kalau bahan yang ini paling cocok buat di alam  bahkan sepatu hak tinggi/wedges juga tetap kami layani kok, pada intinya semua jenis sepatu itu mempunyai perbedaan dalam membersihkannya. Oleh sebab itu, konsumen yang kami layani ini umumnya memilih kami karena sudah percaya kepada kami dan syukur-syukur bisa menjadi langganan tetap." Tambah Mas Kayyis.

Promosi yang dijalakan bisnis cuci sepatu ini biasanya menggunakan Instagram dan Whatsapp. Fitur berbagi info melalui instagram story dan whatsapp status sangat efektif, efisien sekaligus gratis dan tidak menguras biaya sekalipun, palingan hanya kuota itupun tidak banyak.

"Yang terpenting dalam menjalankan bisnis itu menurut saya konsisten Mas, mau ada cucian masuk ataupun enggak kita tetap post paling tidak di WA status ataupun Instagram story. Biasanya sih saya dan Mas Kayyis seminggu paling sedikit dua kali membagikannya diplatform milik kami, baik lewat WA ataupun Instagram. Kalau lagi sibuk-sibukya kami bisa tuh dari pagi sampe malem ngurusin cucian, tapi juga pernah hampir seminggu kita ngga ngapa-ngapain Mas, ya namanya juga usaha." Ucap Mas Aldi.

Dokpri : perbedaan sesudah dan sebelum direpaint.
Dokpri : perbedaan sesudah dan sebelum direpaint.

Untuk ukuran kantong mahasiswa harga yang dipatok bisa terbilang masih ramah, ditambah lagi gratis antar jemput. Segala jenis dan ukuran sepasang sepatu untuk deep clean dipatok dengan harga 20 ribu khusus untuk warna putih mulai dari 20-25 ribu tergantung tingkat kesulitannya dan jenis sepatunya, sedangkan untuk fast clean 15 ribu. Selanjutnya ada unyellowing (menghilangkan noda kuning pada sepatu) dikenakan harga sebesar 40 ribu, nah yang terakhir jika kalian ingin sepatu kalian nampak seperti baru lagi bisa melalui repaint ya walaupun harga yang ditawarkan lebih tangga dari yang lain yakni sebesar 70 ribu.

"Untuk menarik pelanggan kami juga biasa melakukan promo, biasanya kami lakukan di hari-hari besar misalnya pada mendekati Idul Fitri kemarin Masya Allah kami sampai kewalahan memenuhi keinginan pelanggan sehingga kami tutup di empat hari menjelang idul fitri. Bukannya tidak beryukur, namun kami takut tidak dapat menyelesaikan dengan tepat waktu karena kami hanya ada dua orang saya sendiri dengan Mas Kayyis saja." Tutur Mas Adi.

"Kami juga menggunakan promo bersyarat seperti menggunakan diskon 50% pada saat Valentine kemarin, nah cara yang kami gunakan adalah pelanggan bisa langsung datang ke rumah saya ataupun rumah Mas Aldi dengan membawa bukti dua pasang sepatu beserta pasangannya. Nah, jika kalian masih jomblo mohon maaf promo ini tidak akan berlaku hahaha...." Tambah Mas Kayyis dengan tertawa.  

Dari banyak hal diatas, Mas Kayyis dan Mas Aldi menambahkan selagi masih muda jangan menunda-nunda jika ada peluang usaha. Jangan takut untuk gagal dan tetap konsisten dalam menjalani segala sesuatu sesuai dengan passion kalian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun