Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kamu dan Kereta Senja

8 Oktober 2022   00:33 Diperbarui: 8 Oktober 2022   00:37 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sini waktu pernah berhenti lalu menjelma wajahmu sebelum kamu benar-benar pergi. Malam itu hujan baru saja berakhir menyisakan percikan bening di kedua matamu. 

Aku bertanya kepadamu saat itu. "Apakah kamu menangis?". "Adakah hujan membuatmu bersedih ataukah perpisahan yang terlanjur kamu sesali?"

Dirimu tak bergeming. Diam membisu. Pertanyaanku menguap menjadi kabut di bawa malam yang terus beranjak naik. Lampu-lampu neon di stasiun nampak pucat dan kelabu. 

Kita duduk saling berhadap-hadapan menunggu kereta senja yang akan membawamu pulang. Kereta senja yang pernah melahirkan puisi-puisi cinta tentang kita. Kereta senja yang sebentar lagi tenggelam menghilang.

Tetapi rasanya kereta senja yang kita tunggu seperti mengulur waktu. Seharusnya ia sudah sampai di sini. Jam kedatangannya sudah lewat lima menit. 

Entah ia terjebak rindu atau di tahan kepala stasiun sebab ia terlalu banyak mengangkut kenangan haru biru. Atau bisa jadi ia berjalan lamban menyusuri jalan-jalan cinta yang berliku di antara kita berdua yang pernah tertempuh.

Di sini kita duduk saling berhadap-hadapan di bangku peron stasiun kecil. Tak banyak kata yang kita lontarkan selain detak jantung yang bersuara kencang menghitung detik yang terus berjalan. 

Dan akhirnya setelah bulan mengintip dari balik awan. Kabut tipis membuka jalan perpisahan. Pengeras suara stasiun berbunyi. Kereta senja sebentar lagi akan datang.

Sebentar kau betulkan kerudungmu. Kurasakan wangi rambutmu berpencar keluar memasuki hidungku yang mampat. Kataku "Jangan sampai ada yang tertinggal". Kamu hanya menggeleng dan mengulurkan tangan kanan.

Gemuruh kereta senja memasuki stasiun. Cahaya kilat di langit nampak berpendar. Mendung belum juga usai. Pelan-pelan kereta senja meninggalkan stasiun. Dengan tabah ia membawamu pulang. Ku punguti sisa air matamu yang berjatuhan. Tak lama hujan pun kembali turun melepas kesedihan. 

Handy Pranowo

08 Oktober 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun