Malam yang tandus, mengangkat tubuh bulan yang kurus.Â
Berlapis-lapis angin di ranting kering mengusik daun-daun yang tak mau jatuh.
Seperti sebuah bisikan yang telah lama terdengar mengajaknya untuk meluncur jauh.Â
Percuma, mereka masih mau bertahan di tengah kemarau yang gundah gulana.
Menebak-nebak hujan yang datang tak terduga.
Sementara tanah telah lama menunggu, bosan menjilat bayangannya yang tua dan rapuh.
Bulan naik semakin jauh, meninggalkan sedikit cahayanya di permukaan daun.
Bagai nyanyian anak-anak sebelum tidur, lembut mengalun, daun-daun pun mengantuk.
Nyatanya mereka tak pernah bermimpi bagaimana mencari cara menjatuhkan diri.
Mereka hanya pasrah pada garis waktu yang sembunyi di serat-serat bercabang tubuhnya seumpama urat nadi hidup dan mati.
Sungguh mereka tak pernah mengeluh meski ulat-ulat habis melumatnya.
Ingatlah, daun-daun tak pernah menggoda siapapun mereka tumbuh bagi suasana yang teduh.
Tak juga congkak, tak juga angkuh, hanya saja kali ini mereka belum mau jatuh.Â
Ingin bertahan sebentar dari gelisah angin kemarau yang membuat tubuhnya keras gemetar.
Handy Pranowo
22 July 2022