Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tragedi Percintaan

27 Februari 2022   01:29 Diperbarui: 27 Februari 2022   01:39 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku menulis puisi dan engkau melukis sunyi lalu kita berciuman bertukar keheningan melalui mulut yang bungkam.

Masa lalu telah menjadi buku tergeletak di dalam lemari kayu yang kuncinya telah kamu buang.

Dulu kita pernah sama-sama keliru menafsirkan sebuah jalan yang menuju persembunyian para bintang.

Karena langkahmu limbung dan aku keburu telanjang maka kita berhenti di sebuah kebun apel yang penuh ulat bulu.

Entah pada usia keberapa baru aku ingat bahwa matamu yang tajam menatap mataku saat itu.

Seketika gemuruh beserta angin kencang datang dan gaun yang kamu pakai menjadi awan mendung.

Wajahmu memerah bagai apel yang matang entah harus ku petik atau ku biarkan di siram hujan.

Segera kamu ku bawa lari ke balik gunung, masuk ke dalam hutan yang lebat dan suaramu mengerang jauh bagai cahaya kilat.

Sampai di sini setelah semua itu berlalu barulah kita sadar ada sesuatu yang benar-benar tak dapat di sangkal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun