Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Larik-larik Puisimu adalah Tebu dan Kita adalah Tabu

21 Desember 2021   15:09 Diperbarui: 21 Desember 2021   15:18 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Larik-larik puisimu semacam vibrator yang menggetarkan ujung pangkal keintiman hatiku.

Rasa rindu, cinta, kegelisahan dan perasaan yang membeku.

Segalanya muncrat ketika larik-larik puisimu bernafas seru menderu.

Memanggil namaku, menggelamkan jiwaku, meninggalkan kekosongan di bibirku

Aku menjadi seseorang di sana, telanjang dan terbuka yang ingin terbebaskan dari segala kata-kata. 

Ranjangku basah, keringatku deras mengucur menjadi danau biru yang penuh jejak kaki senja yang turun.

Dan bayangan kita nampak saling berpeluk, mencium lembut keheningan di balik batu-batu yang berlumut.

Diam-diam sebuah percintaan muncul dari dalam dada menjadi awan pekat menunggu hujan tiba.

Larik-larik puisimu seperti majalah playboy yang penuh dengan gambar segala kelakar dan candaan.

Aku menyimpannya satu buah di balik tempat tidur, ia adalah kitab penghibur di waktu libur.

Aku menyebutnya keajaiban dan seringkali hatiku terperangkap tanpa pernah bisa berontak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun