Di manakah laut.
Aku ingin memeluk tubuhmu yang licin dan asin yang airnya tak pernah surut.
Begitu rindu aku kepadamu dan apabila bertemu akan ku ajak kamu masuk ke dalam hatiku.
Sebagai teman berbicara di tengah perjalanan waktu yang jauh sebelum kematian menjelma samudera biru.
Hanyutkanlah aku ke dalam gelombang ombakmu agar mimpiku lepas melarung bersama barakuda dan ubur-ubur ungu.
Bawalah aku turun ke kedalaman palung menjelajah menemukan harta karun.
Oh laut, di manakah kamu?
Aku telah berjalan ke timur sesuai petunjuk matahari yang lamur namun tak ku temui dirimu di sana selain sungai keruh penuh limbah.
Telah pula ku arahkan kakiku ke barat namun tak kutemui dirimu pula selain rawa-rawa dangkal penuh sampah dan senja hitam yang berkarat.Â
Hingga sampai ke utara lalu ke selatan tak jumpai dirimu pula.
Lalu aku duduk di sebuah tanah berbukit dekat pohon besar yang mengarah ke atas langit.
Tiba-tiba aku mendengar suara deru gelombang, aku rasakan hembusan angin yang besar dari kejauhan.Â
"Ini pasti laut, aku hapal baunya, ini pasti sudah dekat tapi di manakah aku tak melihatnya"
Tiba-tiba mataku menangkap puluhan truk-truk besar berjalan berbondong-bondong membawa muatan entah tanah entah bebatuan.
Aku tanya kepada salah seorang lelaki yang melintas berjalan.
"Apa yang sedang di lakukan truk-truk besar itu di sana" tanyaku heran.
"Mereka sedang mengubur laut"
"Apakah laut telah mati"
"Tidak, kita yang nanti akan mati"
Handy Pranowo
08122021