Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku Masih Menjadi Bulan

10 September 2021   00:44 Diperbarui: 10 September 2021   01:01 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Aku Masih Menjadi Bulan by pixabay.com

Matamu bagai lampu jalan dalam redup angin malam, bibirmu kesepian yang di cemaskan kabut tebal.

Tergesa-gesa dirimu menyeret waktu saat pagi menyerang. 

Bukankah kita pernah bertemu lalu berjabat tangan saling mengucapkan nama yang tak pernah kita kenal. 

Mencatat sebuah alamat dengan nama jalan yang susah di jabarkan. Kebahagiaan atau kesedihan.

Aku masih bisa mencium harum tubuhmu yang lunglai meski di kesunyian yang paling sulit terurai.

Kata-kata rindu untukmu di dalam sajakku yang telah lama tercerai- berai sedikit demi sedikit aku kumpulkan lalu ku semai.

Hingga pikiranku merangsak ke dalam lekuk tubuhmu yang diam-diam malu mengatakan kepadaku. 

" Aku rindu tanganmu yang kekar, wahai lelaki yang bertemu di sudut malam".

Sungguh aku pikir kamu telah mati di telan kehampaan badai kegelapan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun