Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Pintu Gerbang Makam

13 Agustus 2021   21:11 Diperbarui: 13 Agustus 2021   21:16 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Assalamualaikum, wahai penghuni alam kubur. 

Perkenankan hamba memasuki wilayahmu, datang dengan iring-iringan pawai kesedihan, doa-doa serta tangisan perpisahan, bunga kantil, bunga mawar, pokok kamboja di muka jalan ucapkan selamat datang. Maka beri aku jalan, sang pendosa siap di antar sampai tujuan.

Hamba hanya seorang penyair penuh bimbang bukan jalang, hanya karbitan yang rela pasrah mati-matian begadang dan kewalahan. Pecandu rokok kelas berat, hingga hitam paru-paru penuh racun panas dan terpanggang.

Berkutat meluangkan waktu dari hari ke hari hingga berubah jaman demi terciptanya kata-kata, kalimat ajaib yang menyilaukan mata, bagai sulap murahan di pasar malam yang di peragakan laki-laki separuh baya yang di lehernya melilit sanca kembang.

Di elus-elusnya kepala ular itu, mendesislah ia, melilit tubuhnya bagai sihir di jantung para perempuan hingga mereka terkesima melihat lidahnya menjulur terasa di dada.

Lalu sesuatu yang indah gempita tampil di mata mereka dan tak sabar di teduhkan hingga sesampainya di rumah mereka senggama dengan hayalannya.

Oh, angin terasa dingin terbuka, langit membentang luas nampak burung-burung penuh warna dan ku lihat aku ada di sana ikut bergabung, telanjang tanpa sayap di punggung.

Tetapi, hamba di dunia di kenal juga pemberontak yang tak suka di injak-injak dan tak senang melihat penderitaan di cibir atau kesewenangan di jadikan hukum pengadilan yang sah.

Hamba selalu di jegal atau memang sebenarnya tak fasih membela yang susah sebab kata-kata hamba seringkali di campakan tak berguna.

Pada akhirnya hamba hanyalah sampah yang jelas-jelas mengakar pada propaganda, tindakan brutal, makar, subversif, melawan pemerintahan yang sah.

Di penjara atau di bunuh menjadi resiko bagi diri hamba sedangkan puluhan politisi yang tersangkut kasus suap, korupsi, masih saja berkeliaran bebas kalaupun di penjara ya tidak seberapa, jauh dari rasa jera. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun