Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Potret Hari Libur

22 April 2021   11:49 Diperbarui: 22 April 2021   12:11 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri. potret hari libur.

Hari libur adalah waktunya bermacet-macet ria, orang-orang dengan kendaraanya berduyun-duyun memadati jalan, membawa serta keluarganya bersama setumpuk penat dari hari-hari yang sibuk membingungkan.

Segalanya telah siap di persiapkan dari ongkos parkir dan juga makan siang termasuk biaya sewa villa, biaya masuk wahana permainan serta ongkos tambahan mengunjungi sebuah musium tempat sejarah di awetkan.

Di dalam kendaraan mereka bersiul dan bernyanyi sesekali meneriakan lampu rambu lalu lintas jalan yang tak kunjung hijau. suara klakson menjerit jerit, mobil ambulan tertahan di persimpangan entah membawa orang sakit atau membawa orang meninggal. 

Sirenenya meraung-raung mengharap cepat sampai di suatu tempat. 

Dan tanggal hari libur tak pernah benar-benar mengerti mengapa mesti berwarna merah kenapa tidak hijau. Merahkan berhenti, hijaukan jalan kalau berhenti di rumah saja tidak usah di jalan begitu kiranya hari libur menggerutu kepada jarum jam yang terus melaju.

Ah bosan di rumah kata orang-orang. Di rumah tidak ada apa-apa selain tivi dengan saluran acara yang tak sedap di pandang mata, tivi lebih sering memunculkan potongan-potongan iklan, kehidupan selebritis yang tidak di kenal, berita kriminal serta acara komedi yang kini lebih sering mentertawakan kekurangan diri seseorang. 

Oleh sebab itulah jalan-jalan di aspal di rapikan, gunung-gunung di pacul, hutan-hutan di cukur, suatu kemudahan bagi mereka yang hendak berlibur ke suatu tempat yang jauh. Ke sebuah pedalaman sekedar menghirup udara segar yang tak di dapat di kota besar.

Tidak susah, jangan bingung, jangan khawatir meski harus bermacet-macet ria di jalan, toh bersama keluarga kesayangan segala penat terlupakan.

Sementara Tuhan dari pojok langit menatap rumah-rumahnya yang kosong meski ia paham betul bahwasanya hambanya sedang berlibur. Tuhan tidak marah Tuhan malah senang lantas di berikannya hujan dan angin serta kabut tebal melintas di jalan.

Maka orang-orang di dalam kendaraanya berhenti, mereka  membuka kaca jendela, kaca helm sambil membuat konten video suasana liburan yang jarang-jarang di temukan. "Wau Keren, liburan ini menyenangkan, penuh kabut, penuh jajanan".

Dan akhirnya, plastik-plastik bungkus makanan, botol-botol bekas minuman penuh berserakkan di pinggir jalan, mereka juga ikut liburan.

Handy Pranowo

22042021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun