Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Selamat Tinggal Hany

20 April 2021   23:34 Diperbarui: 21 April 2021   10:20 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pixabay.com

Aku ingin bercerita sedikit tentang perkenalan ku dengan seorang gadis yang ku kenal lewat yahoo. Gadis manis yang tinggal di Bandung, kuliah jurusan arsitektur, anak kedua dari tiga bersaudara. Rambutnya lurus panjang sebahu, hidungnya mancung, ada lesung pipitnya dan giginya gingsul.

Ia ingin sekali bertemu denganku namun tak bisa datang ke Jakarta sebab lain dan satu hal. Sebelumnya terang-terangan aku katakan kepadanya, aku hanya lelaki yang bekerja di sebuah restoran tak berapa banyak gaji dan tak juga punya tabungan.

"Tidak usah khawatir, aku hanya ingin bertemu denganmu, aku traktir kamu di sini, aku jamin semua keperluanmu" sahutmu dari sambungan telepon kabel. 

Maka meluncurlah bus dari Jakarta menuju Bandung membawaku kepadamu, lewat Purwakarta waktu itu sebab Cipularang masih di bentuk belum juga lahir seperti sekarang.

Singkatnya kita bertemu di sebuah kafe kecil yang lumayan jaraknya dari kampusmu, tempat biasa kamu datangi sehabis kuliah sambil sesekali menulis diary atau menggambar tugas yang membuatmu sakit kepala.

Bulan ini Januari dan hujan sedang sering-seringnya terjun meluncur ke tanah, semoga Bandung tidak tenggelam seperti jaman purba dahulu.

Lalu kita pesan dua cangkir kopi dan dua roti bakar, ketika malam baru saja turun di sekitaran Lembang, lampu-lampu terang menyala namun terjebak kedinginan dan Bandung menyediakan kenangan sebelum jiwa kalian melangkah pulang.

Aku sempat gugup dan kamu sempat bimbang sebelum akhirnya kita memanggil seorang pelayan untuk menanyakan sesuatu sebab kita sama-sama tak tahu, tak tahu di mana di taruh menu yang bergambar wajah kita yang malu-malu. 

Dan seorang pelayan menawarkan sesuatu yang lain yaitu senyuman, kata-kata rindu, hingga judul-judul puisi dari seorang penyair yang khatam menceritakan hujan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun