Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

1993

7 April 2021   03:59 Diperbarui: 7 April 2021   04:11 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
logosma pngimage.net

Dari waktu yang genit semasa SMA aku bertemu dengannya, adik kelas yang manis dan juga lucu. Kita saling bertukar mata, bertukar kata-kata, rambutnya panjang kepang dua dengan ikat warna-warni menghiasinya.

Nafasnya wangi permen karet dan aku senang melihat mulutnya mengunyah. 

Diam-diam aku menyukainya di saksikan seluruh kelas yang penuh canda cabul, juga lapangan upacara yang sebagian berumput sebagian tanah, 

serta tiang gawang sepak bola yang tidak ada jaringnya dan bendera merah putih yang malas berkibar di hari Rabu dan Selasa.

Seluruh murid-murid tahu namun seluruh murid-murid juga tak mau tahu dan murid-murid sejati adalah murid-murid yang paham arti kata rindu. 

Sebab pelajaran nomor dua, belajar bisa di mana saja namun cinta di masa sekolah adalah sesuatu yang luar biasa.

Suatu hari aku di panggil menghadap kepala sekolah karena telah membuatnya menangis ketika diam-diam aku cium pipinya dari belakang, ia kaget lalu jatuh tersungkur.

Besoknya ayahnya datang ke sekolah, seorang tni angkatan laut rupanya tak terima jika hidung putrinya yang mancung di buat lucu seperti badut, merah tomat bukan terong ungu.  

Aku di marahinya habis-habisan, habisan-habisan pula aku katakan kepadanya bahwasanya aku menyukainya meski ia bukan badut atau pun terong ungu. 

Kepala sekolah melerai lalu menampar wajahku, aku diam namun cintaku kepadanya tak pernah diam. Setiap pagi sebelum jam tujuh aku datang ke kelasnya menyelipkan sajak di kolong mejanya, sajak cinta tertulis di kertas berwarna biru, wangi anggur, wangi ciu.

Setiap pagi pula aku mengintip dari balik kaca jendela kelasnya, aku perhatikan wajahnya saat membaca sajak yang aku berikan, ia tersenyum menempelkan kertas itu di dadanya bahkan sesekali ia cium.

Ah, rasanya aku ingin menjadi sajak saja di kertas biru itu, biar bisa di cium, di peluk dan di remas.

Lalu ia mempersilahkan aku datang ke rumahnya, masuk ke komplek tni angkatan laut tak membuatku ciut, aku tidak takut dengan ayahnya.

Aku bukan kriminal, bukan perampok hanya pemabuk yang selalu mabuk bila mengingat suaranya saat ia berkata, "Aku juga mencintaimu"

Amboi, rasanya tak ingin naik kelas, rasanya tak ingin lulus, ingin sekolah setiap hari bersamamu, memandang wajahmu yang manis itu membuatku merasa yakin dan terus hidup meski nilai ku jauh dari angka sepuluh.

Handy Pranowo

07042021

"Sungguh aneh tapi nyata takkan terlupa, kisah kasih di sekolah dengan si dia, tiada masa paling indah, masa-masa di sekolah, tiada kisah paling indah kisah kasih di sekolah" begitulah kiranya lantunan lagu Obbie Messakh, ternyata menyimpan makna agar anak Indonesia jangan ada yang putus sekolah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun