Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Semenjak Dirimu Menjadi Angin

16 Maret 2021   00:38 Diperbarui: 16 Maret 2021   01:18 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semenjak dirimu memilih menjadi angin aku senantiasa berusaha menjerat tubuhmu agar tak terbang lebih tinggi.

Aku pasang jaring di puncak gunung, ku pasang jerat di pematang sawah dan ku lempar jala ke tengah gelombang.

Namun katamu itu sia-sia, arahmu tak pernah pula kesana, kamu lebih sering diam dan menunduk di antara dua jendela.

Sambil meniupkan air matamu yang terlanjur beku membisu, tanpa kata-kata.

Kamu ingin menggugurkan bunga-bunga sajakku yang pernah kamu sanjung puja.

Kamu ingin hempaskan daun-daun kering rinduku yang tak lagi berguna.

Dan kamu menginginkan aku untuk segera melupakanmu dan membiarkan dirimu tenggelam bersama senja.

Agar kelak kau dapat menyembuhkan luka sayapmu yang patah karena sikapku yang mendua.

Namun aroma tubuhmu masih berkejaran mendesir di telinga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun