Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Merah Jingga

22 Oktober 2020   11:36 Diperbarui: 22 Oktober 2020   11:44 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bulan disepuh jingga berkilauan luka dan bencana, bintang-bintang dicekam kepedihan tak lagi menunjukan jalan sedang di bumi relief-relief sabda nabi disapu angin menjadi debu-debu berterbangan, orang-orang saling silang menikam dan Tuhan hilang benam di angkasa.

Lihatlah, semua gaduh, heboh, semua mencari jalan pembenarannya masing-masing atas apa yang mereka lakukan dan tak mau disalahkan lalu dari mulut mereka mengalir deras racun-racun mematikan dan kita di paksa menghisapnya.

Oh kesunyian malam, oh kesepian jiwa, aku seperti kucing liar di tengah kota yang terhimpit kemajuan jaman, terseok-seok menjerit menahan lapar dan dan tidak sedikit menerima cibiran bahkan di tendang.

Oh Tuhan, masih adakah kehidupan di bumi yang damai, saling merangkul mencintai kasih sayang tanpa memilah-milah warna kulit dan agama.

Dan lihatlah aku di pojokkan harapan yang sia-sia, lututku ditekuk tak kuasa bergerak, kulihat orang-orang saling berlomba menjatuhkan, tak perduli teman, tak perduli saudara.

Tuhan lihatlah, aku datang merayap mengetuk pintuMu, bagai serdadu yang kalah perang dan ribuan peluru di tubuhku. Merah, jingga dan di angkasa teriakku menggema menjadi relief-relief pemberontakan yang di guyur air mata.

Merah, jingga

Handy Pranowo

211012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun