Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Anak Jalanan di Tengah Kota yang Bising

1 Desember 2019   00:15 Diperbarui: 1 Desember 2019   00:37 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Akhirnya kita sepakat untuk memberangus semua puisi-puisi yang bercerita tentang malam, hujan dan senja. Kita sepakat untuk tidak menyimpannya lagi meskipun hanya selembar, apalagi menyimpannya sebagai kenangan masa lalu yang suram. Toh segalanya sudah berakhir sudah tidak penting lagi di permasalahkan.

Kita hanya boleh menyimpan satu puisi yang bercerita tentang sebuah kota di mana kita di lahirkan tanpa sebuah rencana. Kita memang terlahir begitu saja tanpa berita gembira tanpa adzan dan doa. Nama kita di ambil dari sebuah jalan yang menyimpang dari tujuan. Kekalahan dan keterasingan.

Orang-orang selalu menyebut kita adalah masalah peradaban dari kebudayaan yang tak lagi mengenal sopan dan tata krama. Kita terlempar jauh, terseok-seok di ruas jalan sambil memungut kebaikan orang-orang yang selalu saja menghina. Nasib kita di tentukan oleh ketiadaan.

Kita hanya anak-anak jalanan yang lupa makan dan lupa tidur, kita tak pernah belajar bagaimana menyikapi sebuah perbedaan namun paham arti kebersamaan. Hidup hanya berteman senja, hujan dan malam. Dan anehnya kita tak punya air mata untuk mengekpresikan rasa takut dan bahagia. Lelucon kita adalah kesedihan yang kerap kali di tertawakan.

Kita adalah mahkluk asing di tengah geliat kota yang tengah membangun sistem pembuangan limbah, transportasi dan trotoar jalan namun lupa cara membangun hidup yang saling bisa menghormati, menghargai sesama. Tak adakah di kelas-kelas mereka di ajarkan seperti itu. Saling menghargai, saling menghormati. Saling berbagi, saling mengasihi.

Mereka terlalu sibuk dengan politik, sibuk dengan korupsi, sibuk dengan atribut-atribut keagamaan yang hanya menciptakan bom waktu untuk di ledakkan. Lalu asyik bersenggama  dengan para pelacur sambil memimpin rapat melalui ponselnya.

Dan kita, tetap anak-anak jalanan yang kini harus rela memberanguskan kata-kata cinta yang kita dapat dari malam, hujan dan senja. Kota ini tak pernah melahirkan kedamaian.

Kebayoran Lama

1 Desember 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun