Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tanpa Kata-Kata

23 November 2019   00:34 Diperbarui: 23 November 2019   00:37 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kita hidup dalam belantara kata-kata, kata-kata yang membuat diri kita asing, kata-kata yang melumatkan kejernihan berfikir, kata-kata yang seringkali membuat sumpek dan akhirnya marah, marah dengan kata-kata yang membuat mereka semakin marah dan akhirnya kata-kata menjadi senapan untuk saling menghujat dan menikam.

Kita hidup dalam belantara kefanaan, mengisi kekosongan yang tak pernah usai terpenuhi, selalu dengan ambisi-ambisi, melupakan moral, melupakan nurani. Kita biarkan diri kita terjebak dalam satu situasi yang sebenarnya tak terlalu penting hanya demi gengsi demi reputasi.

Kita hidup pasti mati dan bayangkanlah kita mati, bayangkanlah segalanya usai dan kita tak dapat lagi memeluk orang yang kita cintai. Segalanya habis, segalanya gelap, segalanya tak ada lagi kecuali diri kita yang telanjang tengah di mandikan. Dan dengarlah mereka yang datang hanya sanggup berkata-kata tanpa bisa berdoa.

Sebentar lagi segala kata-kata, segala ambisi, segala yang fana akan lenyap dan berubah menjadi nyata kala kita tak ada lagi di dunia. Sebentar lagi, kepastian itu datang tanpa kata-kata.

22 November 2019

Kebayoran Lama

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun