Bila rembulan datang bertamu katakan padanya aku sedang sibuk dan tak ingin di ganggu. Sibuk memilah-milah rindu yang dahulu ada ketika jalan setapak di guyur hujan dan kami basah berdua memeras senyum dan tawa sambil berpegang erat cinta dalam dada.
Hujan memang pada akhirnya selalu saja meninggalkan sebuah cerita, cerita yang tak pernah tuntas di karang para penulis jalanan atau pun para penyair media sosial. Hujan mempunyai porsinya untuk selalu mengalir dalam kelembutan yang dalam.
Tetapi bila rembulan memaksa untuk bertemu persilahkan saja ia masuk dan katakan padanya untuk menunggu untuk waktu yang tak tentu bahkan aku tak pernah tahu apakah waktu masih terus berjalan sedangkan rasanya aku telah mati ketika ia tinggalkan aku di persimpangan.
Cinta memang begitu ternyata, aku pun rasanya tak mampu berkata-kata. Air mataku tak mampu ku bendung setelah kau ucapkan perpisahan untukku. Salahku apa, dimana, aku mencari dan terus mencari ke dalam hatimu yang tak lagi bisa cair sedangkan gemuruh di dadaku berubah menjadi bisu yang paling rapuh.
Ada apa rembulan datang kembali, bukankah sebentar lagi pagi memanggil. Sekarang kamu tak pantas lagi bersamaku, aku lebih menyukai kesendirian bersama bintang-bintang meski ia jauh dan sangat jauh untuk ku rengkuh. Dan sekali waktu hujan mengalamatkan rindunya kepadaku melalui butiran airnya yang lembut ke dahiku di mana pernah rembulan kecup untuk terakhir kalinya sebagai kata selamat tinggal.
Aku baik-baik saja, sangat baik-baik saja dan kini pergilah sebelum mentari datang berkunjung membawa panasnya yang mampu membakar sakit hatiku.
18 November 2019
Kebayoran Lama