Bumi terus berputar waktu merubah jaman, hutan tergerus, samudera terbelah, langit melepaskan bebannya menindih bumi yang semakin merintih. Patung-patung peradaban tumbuh mengenang kekecewaan.
Manusia semakin asing menatap satu sama lain bahkan terhadap dirinya sendiri. Sibuk dengan piagam-piagam dunia, sibuk dengan harapan-harapan fana. Tinggal angin sepi menerbangkan dedaunan kering terlupa begitu saja mati tak berguna.
Bayang-bayang kehancuran, bayang-bayang kelaparan, bayang-bayang matahari menelan bulan, dunia gelap tanpa keadilan keserakahan menjadi dewa-dewa di agungkan. Tinggal udara berkabut asap mesiu lalu lalang mendekam dalam paru-paru.
Handy Pranowo
11 Mei 2019
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!