Aku adalah lautan yang sepi tanpa kapal layar.
Gelombang yang bingung di antara hempasan angin kencang menderu.
Ikan berenang yang kehilangan arah tuju. Senja yang hampa di tengah samudera.
Aku sepi tanpamu, bingung tiada hadirmu, hilang arah tanpa pandumu, hampa tanpa keberadaanmu.
Yaa haayyu yaa qayyum.
Rintihku lahirkan badai. Karamkan penopang asa. Hentikan seribu kedamaian. Diamku selami dasar pilu.
Bilakah anak mimpi sudi lahir mewujud kelopak harum. Mewangi di sekujur musim. Hingga purna segenap janji. Dan tiada ingkar tersaji. Meski sesak serangkaian masa yang terlampaui.
Yaa haayyu yaa qayyum.
Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri tidak butuh segala sesuatu.
Rengkuh aku di runtuhnya nyali. Rintih yang kian mendidih adalah alamat yang tak pernah ingin kutuju.
Lila kusenandungkan lara bersama nyanyian pucuk malam yang teramat sepi. Tanpa euforia duka. Tamatkan segenap luka.
Handy Pranowo & Pelangi kata