Malam menggiring bulan, bayangnya hangus terbakar di tengah jalan. Anjing-anjing menggonggong, gelandangan mencari alamat pulang. Gelisah mengambang, mata hati sulit terpejam.
Secarik kertas berisi sajak, bau amis, penuh kekalahan menunggu di kuburkan. Cahaya lampu di ujung jalan meremang menembus waktu yang lelah, menembus kegalauan yang tak pernah sudah.
Rokok tinggal sebatang namun di asbak sisa abu kematian akan menyerangku di waktu mendatang. Ini sungguh keji, kejahatan yang paling senyap ku hisap. Aku rebahkan badan, kopiku dingin, mimpiku berantakan.
Maka siapa yang akan menemaniku nanti, di hari yang paling di takuti. Aku bertanya dan sajakku diam, masih berbau amis, ku mandikan ia dengan air kembang, ku kubur dalam hatiku yang semakin bimbang.
Handy Pranowo
19june18