Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sepi yang Sendiri

10 April 2016   22:01 Diperbarui: 10 April 2016   22:18 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bahkan kini sepi menyadari bahwa dirinya telah sendiri. 

Ia bertahan dalam tiupan angin, gelombang jaman serta deburan waktu yang tak pernah sekalipun 

menunggunya untuk bersama-sama pergi. 

Kini sepi mencari jalannya sendiri, melewati batas-batas hari, menapaki gelisah embun pagi, 

mencari sesuatu yang pasti di kemudian hari lalu menikung dalam kelam merobek bayang-bayang masa silam. 

 

Keterasingan terpancar di dalam raut wajahnya sendiri, bahkan ia lupa bahwasanya setiap musim bakal datang silih berganti .

Sementara mimpi ada di puncak ranting-ranting yang tinggi menggelantung tanpa terikat seutas tali hendak di capai namun luput tak usai.

Berbagai gambar kenangan tergores di atas langit bersama senja, awan dan bulan sabit.

Sebuah perpaduan nan sempurna berbagai rindu, cinta dan perih mengekal tanpa mengharap untuk kembali.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun