Mohon tunggu...
Handy Fernandy
Handy Fernandy Mohon Tunggu... Dosen - Pelaku Industri Kreatif

Dosen Teknik Informatika Universitas Nahdatul Ulama Indonesia (Unusia) Pengurus Yayasan Gerakan Indonesia Sadar Bencana (Graisena)

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Jadi Apa Selanjutnya?

9 November 2014   09:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:16 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua bulan terakhir rasanya saya benar-benar seperti bagian dari astronot yang membawa misi keliling luar angkasa, perasaan campur aduk hadir di dua bulan ini. Saya bisa saja merasa telah ada di bibir saturnus dan mengikuti putaran cincinnya yang mengoda mata dan menyenangkan dan dalam sekejap bisa kembali ke bumi melalui portal ruang dan waktu.

Tapi pertandingan harus segera dimulai, karena wasit sudah meniup peluit, lihat! Tim lawan kini sudah menguasai bola, kini terserah apakah kita bertahan dengan menahan daya laju serangan tim lawan atau rebut dan menyerang balik.

Lantas apa tujuan akhirnya? Kemenangan atau sebuah sportivitas? Banyak yang menghalalkan segala cara untuk meraih kemenangan dan akhirnya menganulir makna sebuah sportivitas dalam pertandingan. Hal yang selalu di suarakan namun sumbang di praktikan.

Ah. Mungkin ini hanya kegundahan saat jetlag ini masih menguncang dikarenakan sebuah keadaan tidak siap atau nervous yang menjadi-jadi sehingga rencana yang disusun porak-poranda.

Sampai dimana tadi? Oh iya saya berpapasan dengan wahana alien di lintasan asteroid yang memisahkan planet luar dan planet dalam dalam tata surya ini. Indah sekali, berbeda dengan buatan manusia yang hanya mampu membentuk voyager yang dibuat tanpa seni atau pesawat ulang alik yang bentuknya monoton sejak bernama Enterprise.

Wahana yang saya temui ukuranya amat besar, mungkin lebih besar dari wahana induk yang melintasi Los Angeles yang muncul di tahun 1942,bentuknya indah, lapisan luarnya berwarna metal mengkilap, banyak lubang di sekitaran sisi pesawat, entah berfungsi sebagai cerobong untuk daya dorongpesawat atau temat keluar masuknya pesawat pesawat kecil yang keluar masuk ke wahana ini yang jelas saya amat menikmati perjumpaan ini, walau hanya beberapa saat sebelum pesawat yang membawa saya ini masuk ke portal ruang dan waktu untuk kembali ke bumi.

Lantas apakah kita bisa di sebut pahlawan karena mengedepankan sebuah sportivitas? Toh tak ada yang menyambut kalah melangkahkan kaki saat pulang, membayangkan adanya pesta pora diawal memang terlalu berlebihan, terlebih saat ini sedang memasuki masa paceklik yang cukup panjang.

Ah. Inilah hidup, kita bisa saja membayangkan diri terapung dalam tata surya yang indah namun hampa, kia melayang jauh dan lebih jauh lagi, khayalan dipenuhi oleh bintang-bintang, planet-plantet dan tata surya yang saling berpandangan dan saling mengembang mengikuti waktu dan kebosanan yang tak kunjung datang.

Dua bulan berlalu, yang tersisa tinggal kenangan dan olok-olok mereka yang kembali memberikan tanda tanya besar mengapa hidup begini macam? Bukankah kita memang sudah berusaha namun hasil selalu sama. Jadi apa selanjutnya?

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun