Ketiga, tipe kontrak jasa konsultasi jam-jaman. Law firm akan memberikan opini dan nasehat atas permasalahan hukum klien didasarkan kepada lamanya waktu kerja yang dibutuhkan lawyer untuk memberikan opini atau nasehat hukum.
Ada pengalaman mengejutkan dan menyenangkan bagi saya ketika suatu saat saya mendapat klien restoran yang dimiliki warga negara Jepang di Jakarta.Â
Law firm saya dapat kontrak dengan restoran dengan tipe jam-jaman untuk konsultasi. Pemilik Restoran minta ketemu jam 08.00 pagi. Restorannya berada di daerah selatan Jakarta, padahal kantor saya di daerah timur Jakarta.Â
Bisa dibayangkan seperti apa macetnya Jakarta di waktu pagi pada tahun sekitar awal 2000-an. Apalagi reputasi bangsa Jepang yang terkenal disiplin dan tepat waktu. Atas dasar itu saya tidak mau mengambil risiko, sehingga jam 06.00 saya sudah berangkat menuju lokasi rapat di Jakarta Selatan.Â
Akhirnya jam 07.30 saya sudah sampai di lokasi dan disambut oleh sekretaris si Jepang dengan ramah. Sekretaris mempersilahkan saya menunggu di suatu ruangan dan nampaknya menyadari bahwa saya berangkat sangat pagi dan menawarkan kopi dan makanan kecil untuk sarapan.Â
Tentunya ini tawaran yang sukar untuk ditolak karena tadi pagi saya berangkat dengan perut kosong. Saya merasa sangat nyaman selain tidak telat juga menunggu di ruangan yang nyaman berpendingin udara berbekal koran pagi dan ditemani kopi serta kue-kue kecil. Alhamdulillah, seperti serasa di rumah saja.Â
Tanpa sadar, ternyata jam sudah menunjukkan jam 08.15. Hal ini saya sadari karena tiba-tiba sekretaris tadi mengetuk pintu ruangan menghentikan keasyikan saya membaca koran.Â
Sekretaris si Jepang menyampaikan minta maaf dari bosnya bahwa rapat dengan saya diundur, karena rapat pertamanya sebelum dengan saya yang rencana sampai jam 08.00 masih berlangsung.Â
Saya mengangguk ringan disertai senyum untuk mengatakan saya tidak keberatan menunggu. Senyatanya memang saya tidak keberatan karena saya sedang nyaman menghabiskan pagi ini.Â
Sekretaris kelihatan merasa bersalah karena dia yang mengatur pertemuan, maka dia menawarkan macam-macam untuk menambah sarapan saya. Akhirnya saya hanya menambah segelas kopi lagi karena gelas pertama tadi sudah ludes saya minum.
Penantian saya ternyata lebih lama dari yang saya duga. Setelah jam 09.30 barulah sekretaris tadi menjemput saya untuk diantar ke ruang rapat yang sebenarnya dan si Jepang sudah menunggu di ruangan.Â