Mohon tunggu...
Handra Deddy Hasan
Handra Deddy Hasan Mohon Tunggu... Pengacara - Fiat justitia ruat caelum

Advokat dan Dosen Universitas Trisakti

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Polri Telah Melanggar UU Perlindungan Anak dengan Tidak Mengeluarkan SKCK bagi Anak yang Ikut Unjuk Rasa

16 Oktober 2020   08:06 Diperbarui: 16 Oktober 2020   08:28 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto: TribunJakarta/Yusuf Bachtiar)

Sejak disahkan 5 Oktober Undang2 Omnibus Cipta Kerja, tidak ada satu haripun absen dari aksi unjuk rasa masyarakat untuk menolaknya. Materi tentang ketenaga kerjaan, khususnya hal2 yang berkaitan dengan kesejehteraan pekerja dan proses tercipta Undang2 Cipta Kerja menjadi bahan yang membakar unjuk rasa menjadi semakin panas. 

Dugaan berpihaknya pemerintah dan DPR kepada pengusaha untuk mengeksploitasi pekerja dan dengan diam2 serta culas ingin meloloskan Undang2 Cipta Kerja membuat rakyat menaruh simpati kepada pekerja. Simpang siurnya jumlah draf final menurut masyarakat menunjukkan itikad akal bulus para penguasa untuk bermain mata dengan pengusaha melecehkan hak2 buruh dan sekaligus merupakan ancaman terhadap sistim demokrasi. 

Permainan ini digambarkan oleh sebagian kalangan seperti adegan tirani suara terbanyak dengan niat jahat. Jadi bukan hanya sekedar sistim suara terbanyak untuk mengambil keputusan yang demokratis. Penjelasan Presiden Joko Widodo yang memyampaikan bahwa Undang2 Omnibus Cipta Kerja untuk mengurai sengkarut penciptaan lapangan kerja, tidak digubris. Walakin unjuk rasa di jalanan tidak pernah padam. Upaya untuk mengajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi atas UU Cipta Kerja sangat diharapkan menjernihkan dari segi hukum segala karut marut informasi yang terjadi.

Di tengah pusaran unjuk rasa nampak beberapa elemen masyarakat yang akrif terlibat. Kelompok yang menamakan dirinya buruh dan mahasiswa sangat dominan menyuarakan yang menurut mereka Undang2 Cipta Kerja mencederai rasa keadilan. Namun selain itu nampak kelompok anak2 baik seusia SLTP dan SLTA ikut berunjuk rasa. 

Banyak yang "disweeping" oleh aparat kepolisian diperbatasan daerah2 penyangga Jakarta baik yang menggunakan truk, bus atau kereta api adalah demonstran anak2. Beberapa yang tertangkap ditayangkan oleh media elekronik dijemput oleh orang tuanya ke kantor polisi. Ada adegan mencium kaki orang tuanya segala untuk memperlihatkan penyesalan telah ikut unjuk rasa yang tidak dimengerti maknanya oleh mereka. Yang paling meyedihkan ada yang tergilas pada waktu naik mobil pick up pada waktu melompat ke mobil untuk pergi berunjuk rasa.

Anak menjadi obyek bebas dari kejahatan.

Media sosial merupakan media yang akrab bagi anak2. Di Indonesia asal punya uang semua orang bisa membeli ponsel. Anak2 sekarang yang masih usia dinipun dibelikan handphone oleh orang tuanya. Sehingga informasi yang paling akrab dan mudah dijangkau oleh anak2 adalah melalui media handphone. Di satu sisi kita bisa memandangnya sebagai suatu langkah maju, tapi di sisi lain ada bahaya mengancam. 

Informasi yang disajikan oleh media sosial melalui ponsel tanpa saringan sama sekali. Orang2 yang mempunyai niat jahatpun dengan leluasa hadir langsung ke rumah, bahkan ke kamar kita melalui handphone. Anak2 yang belum punya literasi yang cukup akan gampang terpedaya oleh informasi2 sesat yang direkayasa oleh orang2 ahli dengan bungkus menarik. Ada istilah "grooming" merupakan proses membangun relasi dengan anak melalui internet atau teknologi digital lain untuk memfasilitasi kontak seksual secara daring atau luring dengan anak.

Modus lain ada yang dinamakan "sexting" didefinisikan sebagai pembuatan gambar seksual sendiri atau penciptaan dan penerusan gambar telanjang  ataupun nyaris telanjang melalui ponsel.

Anak2 Indonesia telah menjadi sasaran bebas menjadi obyek apa saja oleh orang2 tertentu dengan sistem dan pengetahuan yang canggih sesuai keinginan mereka.Termasuk ajakan berunjuk rasa untuk kepentingan politik atau kepentingan yang menguntungkan bagi yang mengajak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun